"Depok sendiri artinya tempat bermenung, padepokan. Karena itu banyak tempat kan di Indonesia pakai nama Depok, di Sleman ada Depok, Lampung ada Depok, yang semuanya mengacu pada arti yang sama, berpikir, merenung," ujar JJ Rizal dalam video wawancaranya di Kompas.com tahun 2024 lalu.
Kata JJ Rizal, sebenarnya Depok memiliki simbol lambang yang menandakan bahwa Depok adalah kota pembelajar.
Namun lambang tersebut justru tak mencitrakan Depok sesungguhnya.
"Depok punya kesibukan sendiri yang kita enggak tahu kesibukannya apa. Tapi juga ironi karena begitu saya lihat lambang kota Depok kan buku sama pena. Artinya Depok menyadari bahwa dia punya tradisi masa lalu buku dan pena, kota yang menghargai perenungan, pembelajar, catatan dari masa lalu. Tapi kenyataannya hanya lambang aja," ungkap JJ Rizal.
Sebagai warga Depok, JJ Rizal sadar betul bahwa kabar yang muncul dari Depok adalah hal-hal unik di luar nalar.
"Ya itu (lambang pena dan buku) tinggal benda aja yang tidak punya suara apapun. Saya enggak ngerti kemana suara ini pergi. Yang jelas hari ini kalau kita ngobrolin catatan tentang Depok, ya babi ngepet, ayah Ojak, atau perkelahian pelajar, makan dengan tangan kanan, atau wali kota yang nyanyi di lampu merah. Padahal Depok menghadapi problem kota dengan penduduk hampir 2,5 juta, tidak punya sistem transformasi, kemacetan udah sampai ngonci, dijawab persoalan ini dengan nyanyi di lampu merah," pungkas JJ Rizal.
Penyebabnya kata Rizal adalah karena masyarakatnya sendiri yang bak lupa dengan makna asli dari nama Depok.
Harusnya Depok bisa dihuni oleh warganya yang gemar jadi pembelajar dan merenungi tiap perbuatan.
"Jadi banyak hal-hal ajaib. Menurut saya ini bukan ajaib, ada sesuatu yang dibuat gaib, yaitu warisan dari masa lalu yang bisa jadi inspirasi, itu tidak dihidupkan, tidak jadi bahan renungan karena digaibkan," imbuh JJ Rizal.
Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t