4 Fakta Polemik Truk Tambang di Parungpanjang Bogor, Kegeraman KDM hingga Aksi Protes Sopir Truk

Inilah sederet fakta terkait polemik truk tambang Kecamatan Parungpanjang, Rumpin, dan Cigudeg Kabupaten Bogor yang memicu aksi protes sopir.

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: khairunnisa
TribunnewsBogor.com/Muammarudin Irfani
POLEMIK TAMBANG DI BOGOR - Massa aksi ancam blokade jalan buntut kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang menghentikan sementara aktivitas tambang di wilayah Kecamatan Cigudeg, Rumpin, dan Parungpanjang, Senin (29/9/2025). 

KDM mengajak semua pihak duduk bersama merumuskan pembangunan yang berkeadilan, yang berpihak pada kepentingan masyarakat yang luas dan memperhatikan pembangunan yang mengarah pada pembangunan yang berkelanjutan.

DEMO TAMBANG DI BOGOR: Anggota DPRD Kabupaten Bogor, Siti Aisah menemui massa aksi unjuk rasa penolakan terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat menghentikan sementara operasional tambang di wilayah Kecamatan Cigudeg, Rumpin, dan Parungpanjang, Senin (29/9/205).
DEMO TAMBANG DI BOGOR: Anggota DPRD Kabupaten Bogor, Siti Aisah menemui massa aksi unjuk rasa penolakan terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat menghentikan sementara operasional tambang di wilayah Kecamatan Cigudeg, Rumpin, dan Parungpanjang, Senin (29/9/205). (TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani)

4. Sopir truk protes

Para sopir truk tambang di Kabupaten Bogor kini dilanda kebingungan usai perusahaan truk tambang ditutup sementara oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Kebijakan Kang Dedi Mulyadi (KDM) ini sempat mendapat reaksi demontrasi dari para sopir truk yang tergabung dari wilayah Kecamatan Parungpanjang, Rumpin dan Cigudeg.

Namun kini para sopir truk tambang masih belum beraktivitas normal karena kebijakan tersebut.

Seperti yang terjadi di Desa Putat Nutug, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.

Pantauan TribunnewsBogor.com, Selasa (30/9/2025), truk-truk tambang roda enam di Rumpin banyak yang tidak beroperasi.

Truk-truk ini terparkir di area tempat pengangkutan material batu hasil tambang tanpa aktivitas apapun.

Biasanya, tempat berkumpulnya gundukan material batu hasil tambang ini ramai dengan aktivitas.

Seperti truk-truk yang hilir mudik dan juga aktivitas pekerja kuli angkut material batu ke truk menggunakan skop, hingga kuli pemecah batu.

Namun kini, tempat ini sepi tanpa aktivitas, kecuali para sopir truk yang membetulkan truknya hingga ada yang diam sambil main HP di saung sekitar gundukan batu.

Tak ada lagi aktivitas angkut hasil tambang seperti biasanya.

Salah satu pekerja, Rudi, mengaku bahwa dirinya juga bingung untuk mendapatkan penghasilan seperti hari-hari.

"Bingung sekarang pada nganggur," kata Rudi kepada TribunnewsBogor.com, Selasa.

Baca juga: Cerita Sopir Truk Bogor Terdampak Penghentian Aktivitas Tambang, Tak Ada Pemasukan, Harus Jual Gabah

Dia menjelaskan bahwa sopir truk tambang di Rumpin bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 200 ribu per hari.

Kemudian untuk kuli menaikan barang ke truk, jika cukup rajin juga bisa mendapat Rp 150 Ribu per hari.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved