Penampakan Area Keramat yang Dipersoalkan Budayawan Soal Proyek Jalan Batutulis Bogor, Warga Bingung

Proyek jalan Batutulis yang baru di Kota Bogor mendapat penolakan dari Forum Kabuyutan Pakwan Pajajaran (FKPP)

|
Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Vivi Febrianti
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
AREA KERAMAT - Penampakan area tanah kosong kawasan Sumur Tujuh yang rencananya bakal dijadikan jalan di kawasan Batutulis, Kota Bogor, Selasa (18/11/2025). 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Proyek jalan Batutulis yang baru di Kota Bogor mendapat penolakan dari Forum Kabuyutan Pakwan Pajajaran (FKPP) karena dianggap merusak kawasan cagar budaya.

Kawasan cagar budaya yang disebutkan ini antara lain Sumur Tujuh, Bunker Mandiri dan Makam Batutulis (Mbah Dalem).

Sementara proyek jalan tersebut diketahui merupakan langkah pemerintah untuk mengatasi akses jalan longsor di kawasan Batutulis.

Rencananya pembangunan jalan itu akan dilakukan untuk menyambungkan Jalan Lawang Gintung ke Jalan Batutulis arah Stasiun Batutulis.

Menurut informasi dari warga, pematokan rencana pembangunan jalan itu sudah dilakukan sekitar tiga bulan yang lalu, namun hingga kini belum ada tanda-tanda pembangunan dimulai.

Pantauan TribunnewsBogor.com, Selasa (18/11/2025), patok jalan itu membentang melintasi lahan kosong yang tak jauh dari area yang disebut Sumur Tujuh, Bungker Mandiri dan Makam Mbah Dalem.

Patok yang dipasang itu terlihat membuat area Sumur Tujuh, Bunker Mandiri dan Makam Mbah Dalem berada di samping kanan kiri jalur jalan yang rencananya dibangun.

Terpantau, Bunker Mandiri dan Makam Mbah Dalem dipasangi plang bahwa kawasan itu merupakan cagar budaya.

Namun untuk Sumur Tujuh, sama sekali tidak memiliki plang cagar budaya

Lokasi Sumur Tujuh hanya berupa tanah kosong biasa ditambah adanya satu sumur yang diberi bangunan.

"Itu cuma tempat mandi aja, warga yang butuh air kadang minta ke sini," kata Ujang, penjaga tanah kosong di sekitar sumur tersebut kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (18/11/2025).

Bagi warga sekitar, kawasan Sumur Tujuh itu tidak seperti tempat cagar budaya atau tempat keramat peninggalan era kerajaan.

Hanya sumur yang airnya biasa dipakai warga sekitar yang membutuhkannya.

Namun menurut Ujang, ada beberapa orang luar yang menganggap kawasan sumur itu keramat.

"Ada yang jauh-jauh dari Cianjur, datang ke sini, dia juga heran, 'kok gini Pak Ujang ?'. Saya juga gak tahu," cerita Ujang tertawa.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved