Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Asik ! Bawa Sampah Kesini, Bisa Ditukar Sama Makanan

Di pagar rumahnya, Elan memasang spanduk bertuliskan Perpustakaan Sampah.

Penulis: Yudhi Maulana Aditama | Editor: Soewidia Henaldi
TribunnewsBogor.com/Yudhi Maulana
Perpustakaan sampah di rumah Elan Jaelani (32), warga Kampung Nagrak, Pamoyanan, Bogor Selatan. 

Sampah yang dibawa oleh anak-anak ini diolah dengan beberapa metode.

Untuk sampah organik seperti sampah sisa makanan, sisa kulit buah dan lainnya, ia manfaatkan menjadi pupuk kompos.

Proses pembuatan komposnya juga ia buat sendiri dengan alat sederhana.

"Kalau membuat pupuk kompos gampang. Saya sudah buat alatnya namaya komposter, yang terbuat dari drum bekas. Jadi sampahnya tinggal dimasukin lalu dituang cairan dekomposer. Tunggu sekitar dua bulan sudah jadi pupuknya," ujar bapak dua anak ini.

Pupuk kompos yang telah jadi ia gunakan untuk menyuburkan tanaman di halaman rumahnya.

Selain itu, intuk sampah anorganik seperti sampah plastik ia manfaatkan untuk membuat kerajinan.

Namun itu masih sebatas rencana karena masih mencari orang yang mengerjakannya.

"Saya pengen rencana buat kerajinan yang terbuat dari limbah plastik ini. Tapi belum ada orangnya yang mengerjakan, saya rencananya ingin mengajak warga sini untuk membuat kerajinan," kata suami dari Feti Nariah ini.

Untuk saat ini, sampah plastik yang telah terkumpul masih dikumpulkan dan telah dipilah-pilah.

Selain membuat pupuk kompos, Elan juga telah membuat lubang biopori di selokan depan rumahnya.

Biasanya, perpustakaan sampah ini ramai pada hari libur, terutama hari Minggu.

Anak-anak membaca buku pilihannya sambil mengisi waktu libur di Perpustakaan Sampah.

"Minggu kemarin saja ada 19 anak yang datang ke sini. Karena di teras gak muat, mereka sampai baca di ruang tamu. Saya ingin mengajak anak-anak untuk cinta kepada lingkungnannya, dan juga meningkatkan minat baca mereka," ujar Elan yang sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta.

Selain Perpustakaan Sampah, ia juga membuka Warung Sampah.

Jadi, anak-anak yang ingin membeli jajanan bisa membawa sampah plastik minimal satu kilo.

"Kalau satu kilo itu saya kasih mie instan. Tapi kalau dibawah sekilo paling saya kasih jajanan yang seribu rupiahan," katanya.

Sejauh ini, ia masih mengelola sendiri Perpustakaan dan Warung Sampah ini.

Ia berharap ada bantuan dari berbagai pihak untuk menyumbangkan buku agar koleksi buku di perpustakaannya semakin banyak.(*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved