Astaga ! Siswa SD Bunuh Diri di Depan Guru dan Ibunya, Penyebabnya Tak Disangka
Protes yang dilakukan oleh seorang murid ini rupanya tidak membuat perubahaan yang telah dilakukan gurunya menjadi bergeming
Penulis: Ardhi Sanjaya | Editor: Ardhi Sanjaya
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Tak senang dengan apa yang dilakukan oleh gurunya, murid ini lakukan hal mengejutkan di depan orang tuanya.
Kejadian yang menimpah seorang siswa, emmbuat masyarakat gempar.
Siswa berumur 12 tahun ini,nekat melakukannya saat seorang guru merubah tempat duduknya di dalam kelas.
Protes yang dilakukan oleh seorang murid ini rupanya tidak membuat perubahaan yang telah dilakukan gurunya menjadi bergeming.
Orang tua yang hadir saat itu pun tak mampu membendung kekesalan sang anak.
Itu berawal dari sebuah ruang kelas di sekolah dasar Loudi Prefektur, Provinsi Hunan.
Seperti dikutip dari Shanghaiist.com, anak itu bernama Xiai Wu.
Dia dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya tidak tertolong.
Baca juga : Cerita Mistis Bendung Katulampa Dulu Tempat Noni Belanda Bunuh Diri
Hari itu Wu sedang bersiap untuk lulus, dia juga menjadi tuan rumah dalam upacara.
Sehari sebelum acara itu dimulai Wu sudah menata ulang meja di dalam kelasnya.
Tak hanya itu, Wu juga telah meminta orang tuanya untuk memakai pakaian paling bagus dan datang ke sekolahnya.
Tapi semua rencana yangtelah dibuat berantakan.
Sang guru rupanya telah mengembalikan tatanan meja yang diatur Wu ke posisi semula.
Semua murid pun diminta untuk merapihkan kembali mejanya.
Wu yang punya rencana pun bersikeras untuk tetap duduk di bangku yang ia susun.
Sampai akhirnya dia menitikan air mata.
Teman sebangku, orang tua dan gurunya mencoba untuk menghibur Wu.
Tapi rupanya usaha itu gagal.

Shanghaiist.com
Sekitar pukul 09.00, Wu memukul mejanya dan berlari ke koridor sekolah.
Dia memanjat pagar di lantai empat, lalu melompat.
Ini menjadi sebuah kejutan luar biasa bagi teman, orang tua dan guru Wu.
Disuruh Melompat
Seorang perempuan di Shanghai, China, tampak sedang berusaha bunuh diri dengan melompat dari atas gedung pusat perbelanjaan.
Dikutip dari laman Shanghaiist, saat ia mengancam untuk melompat, penonton yang berkumpul di bawah malah berteriak kepadanya agar segera melompat.
Perempuan yang mengenakan pakaian berwarna hijau itu, tampak bertengger di lantai tiga pusat perbelanjaan selama lebih dari dua jam.
Para penonton yang berada di bawah tampak tidak sabar, sementara tim penyelamat tetap berusaha keras untuk membujuknya turun, meski wanita itu menolak untuk berbicara.
Untuk membuat hal-hal yang lebih sulit, petugas juga telah menyiapkan bantalan udara darurat, karena trotoar di bawah ini dipenuhi dengan warung.
Namun, pada akhirnya, satu penyelamat tampak keluar dari billboard di belakang wanita itu dan menariknya ke dalam.
Wanita itu kemudian dibawa ke rumah sakit, dan ia tidak mau menjelaskan apa yang menjadi alasannya ingin melakukan upaya bunuh diri tersebut.
Kejadian ini mirip dengan yang terjadi di Shenyang tahun lalu, di mana kerumunan penonton mendesak seorang wanita bunuh diri setengah telanjang untuk melompat dari jendela apartemen lantai 10.

Shanghaiist
Sayangnya, wanita menuruti kenginan penonton untuk lompat, dan tidak mengecewakan mereka.
Setahun sebelumnya, seorang wanita Shaanxi yang telah naik ke puncak gedung dan mengancam untuk melompat ke kematiannya, malah didorong oleh sekelompok anak-anak sekolah yang berdiri di bawah sambil berteriak "Cepat, dan melompat untuk kita!".
Terapi Kematian
Sebuah klinik di Seoul, Korea Selatan menawarkan terapi kematian bagi warganya.
Klinik ini dibuat untuk menekan angka kematian akibat bunuh diri di Negeri Ginseng tersebut yang cukup tinggi.
Menurut sebuah survey, Korea Selatan berada di posisi teratas dari 34 negara yang memiliki tingkat bunuh diri tertinggi.
Dalam sehari, 40 orang melakukan bunuh diri.
Hal itu membuat klinik Seoul Hyowon Healing Center menawarkan sebuah terapi untuk mengurangi keinginan untuk bunuh diri.
Klinik Seoul Hyowon Healing Center memberikan solusi dengan program yang mereka namakan 'terapi kematian'.
Seperti dilansir laman OddityCentral, terapi kematian sangat populer di Korea Selatan, dan diminati oleh para pria dan wanita dari seluruh kalangan di negara tersebut.
Para remaja dan orang tua yang datang ke klinik tersebut memiliki permasalahan yang beragam, seperti masalah keuangan, masalah percintaan, bahkan ada keluhan untuk harus menjadi pegawai di sebuah perusahaan besar.
Terapi kematian adalah terapi yang bertujuan memberikan pengalaman ditinggalkan sendiri selama 10 menit di dalam peti mati.
Terapi diawali dengan mengenakan busana serba putih, lalu menuliskan sebuah pesan terakhir untuk orang-orang tersayang menggunakan pena di atas kertas.
Bahkan setiap peserta akan difoto dan hasilnya dibingkai di dekat peti mati yang akan mereka tempati dalam waktu sepuluh menit.
Terapi itu dilakukan dalam sebuah ruangan yang semua pesertanya memiliki permasalahan hidup sehingga ingin mengakhiri hidup mereka.
Peserta terapi kematian juga mendapat ceramah singkat dari mantan pekerja tempat pemakaman yang bernama Jeong Yong-mun.
Setelah berada di dalam peti mati dan kegelapan selama 10 menit, peserta terapi diminta mengungkapkan perasaannya saat ditinggalkan sendirian.

OddityCentral
Sebagian besar mengatakan mereka merasa lebih 'segar' dan beban pikiran berkurang setelah terapi 'kematian'.
Francoise Huguier, Seorang fotografer asal Perancis yang mengabadikan terapi tersebut.
"Para peserta terapi mengatakan mereka sekarang merasa lebih baik," katanya.
"Anda telah sedikit merasakan seperti apa kematian, dan kini Anda masih hidup makanya Anda harus berjuang," kata Jeong Yong-mun memberikan semangat.
Terapi kematian bukanlah konsep baru untuk meredakan depresi, beberapa tahun lalu, seseorang dari Ukraina telah mencobanya.
Beberapa klinik di Shenyang, China, juga sudah menyediakan pelayanan terapi kematian.(*)