2 Tahun Menjadi Kasat Narkoba Polres Bogor, Polwan Cantik Ini Pernah Diteriaki Maling dan Berkelahi
Sepanjang 2015 saja, AKP Yuni telah mengungkap 137 kasus, dengan barang bukti 5 ton ganja, 2 kilogram sabu, 25 butir ekstasi, dan 2 gram heroin.
Penulis: Damanhuri | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Damanhuri
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Sering muncul di televisi, Polwan cantik ini pernah menjadi sorotan publik.
Aksinya saat menyergap pelaku narkoba di Kawasan Bogor menjadi perhatian karena gaya pakaiannya yang modis, dan jauh dari kesan seram.
Dua tahun belakangan ini, polwan yang bernama AKP Yuni Purwanti Kusuma Dewi ini kian populer lantaran prestasinya mengungkap berbagai kasus peredaran narkoba di wilayah hukum Polres Bogor.
Selama menjabat sebagai Kepala Satuan Narkoba Poles Bogor, AKP Yuni sudah menangkap puluhan bandar narkoba yang selama ini meresahkan masyarakat.
"Setiap bulan itu kami targetkan bisa menangkap minimal 20 pengedar narkoba. Bahkan, kami sampai jarang ketemu keluarga kalau sedang mengintai target," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Rabu (9/11/2016).
Anak ketiga dari AKBP Sumardi (alm), pensiunan Secapa Polri ini, telah menorehkan prestasi yang cukup baik selama menjabat sebagai Kasat Narkoba di Polres Bogor.
Sepanjang 2015 saja, AKP Yuni telah mengungkap 137 kasus, dengan barang bukti 5 ton ganja, 2 kilogram sabu, 25 butir ekstasi, dan 2 gram heroin.

AKP Yuni Purwanti, Kasat Narkoba Polres Bogor.
Bahkan, diakhir masa jabatannya di Polres Bogor, AKP Yuni menutup tugasnya sebagai Kasat Narkoba di Polres Bogor dengan mengungkap 111 kilogram ganja dan sabu-sabu seberat 38,96 gram.
Keahliannya dalam beladiri Judo ini cukup membuat para pengedar narkoba ini kualahan ketika berduel dengan ibu dua anak ini.
Pengalaman diteriaki maling pun pernah dialami oleh wanita kelahiran Porong, Sidoarjo, 23 Juni 1971 lalu itu.
"Buat kami kejadian dilapangan seperti itu sudah biasa, malahan ada yang lebih parah," kata Yuni.
AKP Yuni menambahkan, saat di lapangan ia dan anggotanya selalu bertaruh nyawa agar bisa menangkap buruannya.
"Nyawa sendiri terkadang engga kami pikirin kalau lagi di lapangan, malahan kami memikirkan keselamatan orang lain takut terjadi apa-apa," ungkapnya.
Terlebih, saat bertugas ia maupun anggotanya jarang sekali memakai baju dinas kepolisian agar lebih mudah berinteraksi dengan masyarakat saat melakukan penyelidikan dilapangan.