Mahasiswa IPB Buat Pengawet Cabai dari Kulit Manggis
Senyawa yang terkandung dalam kulit manggis memiliki sifat antioksidan, antitumoral, antiinflamasi, antialergi, antibakteri dan lainnya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Cabai merupakan salah satu komoditas pertanian penting di Indonesia.
Hal-hal yang dapat menghambat produksi cabai yaitu pola transportasi dan cuaca, serta hama penyakit yang menyerang pada fase penyimpanan bagi produk pertanian segar.
Salah satu patogen utama yang menurunkan produksi cabai adalah cendawan Colletotrichum capsici penyebab penyakit busuk antraknosa.
Patogen ini tidak hanya menyerang pada fase budidaya, namun juga dapat menginfeksi cabai yang telah dipanen.
Salah satu cara untuk menjamin ketersediaan produk pertanian yaitu dengan cara pengawetan bahan produk pertanian yang aman.
Pengawetan yang dimaksud adalah penanganan pascapanen produk pertanian dengan aplikasi pelapis buah atau produk pertanian lain yang aman ketika turut dikonsumsi (edible coating).
Hal inilah yang mendasari mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Hasan Bisri dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, melakukan penelitian penanganan pascapanen dengan aplikasi pelapis buah atau produk pertanian lain (edible coating) dengan menggunakan ekstrak kulit manggis untuk mengendalikan patogen penyebab penyakit antraknosa pada cabai.
“Buah manggis merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan senyawa kimia bermanfaat. Ekstrak kulit manggis sendiri sudah banyak diteliti dan memiliki banyak manfaat untuk manusia. Kulit manggis juga telah lama menjadi obat herbal untuk masyarakat Asia Tenggara,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima TribunnewsBogor.com.
Senyawa yang terkandung dalam kulit manggis memiliki sifat antioksidan, antitumoral, antiinflamasi, antialergi, antibakteri, antiviral, antimalarial, dan antifungal.
Antifungal yang terdapat di kulit manggis diharapkan dapat menghambat cendawan patogen penyebab penyakit busuk antraknosa.
Antifungal merupakan kemampuan senyawa kimia untuk menghambat pertumbuhan cendawan.
Terdapat tiga perlakuan yang diuji yaitu P (perlakuan ekstrak kulit manggis), K- (kontrol negatif), dan K+ (kontrol positif). Berdasarkan uji in vitro, penambahan ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi efektif yaitu 50%.
Edible coating sendiri dibuat dari tepung sagu,Carboxymethyl Cellulose (CMC), dan gliserol yang kemudian ditambahkan ekstrak kulit manggis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kasar kulit manggis dengan konsentrasi 50% mampu menekan pertumbuhan C. capsici penyebab penyakit antraknosa buah cabai dalam uji in vitro maupun in vivo.
Aplikasi ekstrak kasar kulit manggis mampu menekan tingkat keparahan penyakit antraknosa pada buah cabai sebesar 57% dan memperpanjang masa inkubasi C. capsici sebesar 94% (dari 2.13 hari menjadi 4.13 hari).