Surabaya Diteror Bom
Fakta Anton Bomber Rusun Sidoarjo Ajak Istri dan 4 Anak, Berprestasi Sejak SD Berubah Usai Menikah
Mereka disebut akan melakukan aksi pemboman tapi keburu meledak di tempat tinggalnya di blok B lantai lima Rusun Wonocolo.
Penulis: Yuyun Hikmatul Uyun | Editor: Yuyun Hikmatul Uyun
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Teror bom secara beruntun guncang kota terbesar kedua di Indonesia, yakni Surabaya.
Usai heboh kabar bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya, kini kembali terjadi ledakan bom di Sidoarjo.
Kapolda Jawa Timur Irjen pol Mahfud Arifin menyatakan bahwa yang meninggal dunia di lokasi ledakan Rusun Wonocolo, Taman, Sidoarjo bukanlah korban, tapi pelaku.
Disebutnya, lokasi sudah berhasil diamankan oleh petugas. Termasuk tiga pelaku yang dalam keadaan tidak bernyawa di blok B lantai lima juga sudah selesai diperiksa.
"Pelakunya juga tinggal dievakuasi menuju rumah sakit. Termasuk beberapa barang buktinya," lanjut Kapolda.
Mereka disebut akan melakukan aksi pemboman tapi keburu meledak di tempat tinggalnya di blok B lantai lima Rusun Wonocolo.
Berbagai bukti dan fakta pun satu persatu mulai terkuak.
Baca: Muhammadiyah Putuskan Puasa Mulai Kamis 17 Mei 2018
Berikut, beberapa fakta terkait pengeboman di Rusun Wonocolo, Sidoarjo yang berhasil dihimpun Tribunnewsbogor.com:
1. Lagi, pelaku satu keluarga
Keluarga yang tinggal di kamar rusun tersebut adalah Anton Febrianto (47), istrinya bernama Puspitasari (47), dan empat orang anak mereka.
Yakni Hilta Aulia Rahman (17), Ainur Rahman (15), Faisa putri (11), dan Garida Huda Akbar (10).
Dalam ledakan pertama itu, Puspitasari dan anaknya bernama Hilta Aulia Rahman tewas di lokasi kejadian.
Sedangkan dua anak yang kecil, Faisa dan Garida mengalami luka parah.
Kemudian, pada ledakan kedua, Anton meninggal dunia.
Ainur Rahman, satu-satunya anak laki-laki selamat, membawa dua adiknya ke rumah sakit. Sekarang, mereka di RS Bhayangkara Surabaya.
Baca: Hingga Sore Ini, Jumlah Korban Bom Bunuh Diri di 3 Gereja Surabaya Berjumlah 18 Orang
2. Rumah Anton yang tak terurus
Rumah terduga teroris Anton Ferdiantono yang terletak di Jalan Manukan Kulon Blok 19 H/19 RT 11 RW 5 kelurahan Manukan Kulon, kecamatan Tandes, Kota Surabaya kondisinya sangat memprihatinkan.
Karena rumah tersebut dibiarkan terbengkalai dan selama belasan tahun tak ditinggali.
Terdapat tumpukan batu dan genteng tanah liat di teras rumah. Atap rumah pun banyak yang runtuh serta rumput ilalang tumbuh liar di dalam rumah berpintu hitam itu.
Budi Santoso selaku Ketua RT 11 membenarkan bahwa Anton adalah warganya.
"Benar Anton warga sini, rumahnya itu di sebelah rumah saya Namun, rumah itu sudah lama tak ditinggali," ujarnya kepada TribunJatim, Senin (14/5/2018) sambil menunjuk ke kanan.
Awalnya Anton pindah rumah di RT 9 lalu RT 11 yang berada di depan gang, lalu tidak diketahui lagi keberadaannya.
"Anton sudah lama pindah kira-kira tahun 2006-2008. Ia juga tidak mengirimkan surat laporan kepindahan," ungkap Budi.
Baca: Muhammadiyah Putuskan Puasa Mulai Kamis 17 Mei 2018
3. Setelah menikah, semakin tertutup
Budi Santoso menceritakan, semasa hidupnya Anton memang dikenal dengan pribadi yang tertutup.
"Anton jarang bersosialisasi dengan tetangga. Ngobrol sama tetangga juga jarang," katanya.
Setelah menikah, Anton malah tidak pernah terlihat batang hidungnya. "Setelah menikah itu Anton sudah keluar dari rumah dan tak pernah kembali ke sini (Manukan Kulon)," terangnya.
Anton, kata Yuli, juga sangat fanatik, sebab waktu saya bertemu dengannya saat berkunjung di rumah orang tuanya Anton tak mau berjabat tangan.
"Waktu ketemu itu tidak mau salaman. Melihat saya juga hanya sebentar lalu berpaling,'' imbuhnya.
Kefanatikan Anton, menurut Yuli muncul setelah menikah dengan istrinya.
Baca: Jelang Bulan Puasa, Polisi di Bogor Melindas Ribuan Botol Miras
4. Masa remaja Anton
Kata Budi, semasa mudanya, Anton pernah aktif menjadi remaja masjid RW 5. Tidak ada gelagat mencurigakan seperti terlibat jaringan teroris dari pribadi Anton.
Yuli Widiastutu, Ibu RT yang juga teman Anton semasa sekolah dasar menjelaskan, Anton menjadi aktivis remaja masjid saat duduk di bangku perkuliahan. "Anton itu terkenal aktivis remas (remaja masjid)," ucapnya.
Baca: Hingga Sore Ini, Jumlah Korban Bom Bunuh Diri di 3 Gereja Surabaya Berjumlah 18 Orang
5. Berprestasi sejak SD
Yuli menambahkan, Anton termasuk anak yang cerdas, pintar serta pendiam semenjak duduk di Sekolah dasar.
Dia pernah menimba ilmu di SDN 115, SMPN 29, SMAN 11, dan ITS. Semua sekolah ditempuhnya di Surabaya.
"Waktu SD Anton sering mendapat rangking pertama," paparnya.
Kata Yuli, Anton dan ketiga adiknya bernama Atin Dodik Yayuk memiliki watak yang sama yakni tidak mudah bersosialisasi dengan tetangga.
"Adiknya itu kalau ngomong sama tetangganya sering bentak-bentak. Mereka juga tertutup. Berbeda dengan Teguh adik ketiganya. Ia masih aktif dan sering datang kesini, lebih terbuka juga, orang tuanya juga baik," jelasnya.
Baca: Ibu yang Ajak 4 Anaknya Bom Bunuh Diri Ternyata Anak Pengusaha, Berubah Saat Menikah dengan Dita
6. Anton sehari-hari jualan
Anton sehari-hari berjualan kue dan menyuplai warung-warung kopi sekitar rusun.
"Dia (Anton) mengantar kue pagi hari, biasanya pada saat subuh," tambah Sholeh yang menghuni Blok B lantai 2, Senin (14/5/2018).