Nasib 4 Anak Pelaku Bom Bunuh Diri, Tolak Doktrin Hingga Dijemput di Rumah Neneknya untuk Bunuh Diri
Dalam kejadian tersebut, ada empat anak yang selamat dari aksi bom bunuh diri meski mengalami luka-luka.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Kisah anak-anak yang terlibat di aksi bom bunuh diri beberapa hari yang lalu masih menjadi berita populer yang banyak dibaca oleh pembaca TribunnewsBogor.com.
Dalam kejadian tersebut, ada empat anak yang selamat dari aksi bom bunuh diri tersebut.
Aisyah, seorang gadis yang selamat saat orangtuanya meledakkan diri di Mapolrestabes Surabaya, kemudian tiga anak pelaku bom bunuh diri di Sidoarjo.
Ketiganya selamat karena bom yang akan digunakan orangtuanya meledak lebih dulu di rusun.
Lantas bagaimana nasib keempatnya kini?
Baca: Warga Sebut Baku Tembak Polisi dengan Terduga Teroris di Surabaya Sekitar 30 Menit
1. Aisyah Putri
Ais adalah anak teroris yang selamat saat aksi penyerangan di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya, Jalan Sikatan, Surabaya Senin (14/5/2018) sekitar pukul 08.50 WIB.
Seperti diketahui aksi ini dilakukan sekeluarga berjumlah lima orang mengendarai motor Honda Beat L 6629 NN dan Honda Supra L 3559 D.
Saat dihadang 2 petugas polisi, tiba-tiba terjadi ledakan besar. Ternyata lima pengendara motor itu pelaku bom bunuh diri.
AIS ini berada di motor yang kedua bersama ayah dan ibunya. AIS ini duduk diapit ayah dan ibunya.
Sementara itu, kedua kakaknya berada di motor pertama yang menyimpan bahan peledak.
Baca: Terduga Teroris yang Baku Tembak dengan Densus 88 di Surabaya Ternyata Adik dari Teroris di Sidoarjo

Usai bom meledak, terlihat dari CCTV yang merekam bocah berkerudung tersebut tampak merangkak dari samping mobil dan motor yang rusak akibat bom.
Sementara api dan asap ledakan masih mengepul, ia mencoba berdiri sendiri.
Polisi yang berada di sekitar berteriak "Astaghfirullah" ketika melihat sang bocah.
Anak kecil itu diselamatkan oleh AKBP Roni Faisal Saiful Faton, Kasatresnarkoba Polrestabes Surabaya.
Baca: Nasib Pria yang Diminta Polisi Keluarkan Isi Tas dan Dus Bawaannya, Warganet Bangga
Saat itu, Roni mengaku melihat anak perempuan menangis dan menyangkut di motor bersama ibunya.
"Saya teriak, berdiri nak. Saya takut mobil yang terbakar meledak," jelas Roni.
"Saya langsung angkat anak itu," aku AKBP Roni Faisal Saiful Faton.
"Saya bopong, yang penting anak itu segera dibawa ke rumah sakit," lanjutnya.

Baca: Polisi Temukan 54 Bom Pipa Siap Ledak Di Rumah Keluarga Bom Bunuh Diri Polrestabes Surabaya
Ditambahkan Rony, kondisi bocah kelahiran 2010 tersebut terluka dan berdarah akibat posisinya yang berada di belakang motor peledak.
"Luka berdarah semua. Meledak motor di depan, dia di belakang bersama ibunya. Kondisi ibunya meninggal," kata Rony.
Ia melihat anak tersebut tergeletak, namun kemudian tubuhnya bergerak dan mencoba bangun.
Seketika, kata Ronny tangannya lekas merangkul anak itu dan menggendongnya.
"Dia linglung berdarah-darah, luka. Saya pikir pingsan kok bangun saya ambil," terangnya.
"Posisi saya di depan samping. Saya langsung lari, panggilan hati," tambahnya.
Setelah itu, identitas pelaku yang meledakkan diri di Polrestabes Surabaya pun terkuak.
Mereka adalah Tri Murtiono (50), Tri Ernawati (43), yang mengajak anaknya yakni M. Amin Murdana (18), dan M. Satria Murdana (14).
AIS bocah perempuan yang selamat ini ternyata bernama lengkap Aisyah Putri (7).
Baca: Istri Terduga Teroris yang Ditembak Mati Densus 88 di Sidoarjo Ternyata Bekerja di Kemenag
Sebelum aksi bom bunuh diri, ibu Ais, Tri Ernawati menyemputnya di rumah neneknya yang berada di Ngagelrejo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Ahmad, pihak keamanan RT di Krukah Selatan, mengaku kenal dengan pelaku wanita yang kerap datang ke rumah ibunya.
"Yang perempuan kami kenal baik, yang laki-laki hampir enggak pernah ketemu. Ibunya tadi pagi ke sini sama anaknya yang besar, bawa tas ransel, ke sini mungkin jemput anak perempuannya yang kecil. Anaknya yang kecil kan tidur di tempat saudaranya," kata Ahmad, Senin sore.
"Kaget. Orangnya baik yang perempuan. Yang laki baik juga tapi kurang gabung (dengan masyarakat)," tuturnya.
2. AR dan 2 adiknya
Baca: Antisipasi Arus Mudik, Polres Bogor Siapkan Metode Pengurangan Volume Kendaraan
Selain AIS, tiga anak Anton Febrianto, pemilik bom yang meledak di Rusun Wonocolo, Taman Sidoarjo juga selamat.
Seperti diketahui, bom milik Anton tiba-tiba meledak di lantai 5 rusun tersebut, Minggu (13/5/2018) malam.
Menurut Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Mahfud Arifin, keluarga Anton juga akan bertindak seperti keluarga Dita Supriyanto. Mereka diketahui berniat menjadi "pengantin" alias bomber bunuh diri.
"Mereka itu pelaku, bukan korban," kata Irjen Mahfud Arifin di lokasi kejadian, Senin (14/5/2018) dini hari.
Sebelum melancarkan aksinya, keluarga Anton Febrianto malah ada yang tewas dan terluka karena bom sendiri.
Anggota keluarga yang tewas yaitu sang istri, Puspitasari, dan anak sulungnya berinisial LAR.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera menambahkan Anton mengalami luka parah namun masih hidup pada ledakan pertama.
Baca: Baku Tembak Antara Densus 88 dan Terduga Teroris Bikin Heboh, Warga: Ada Sekitar 10 Tembakan
Karena membahayakan, ia langsung dilumpuhkan oleh pihak kepolisian. "Dia dalam keadaan memegang switching, sehingga terpaksa dilumpuhkan," katanya.
"Jadi, Anton tewas setelah dilumpuhkan petugas yang datang ke lokasi," sambungnya.
Dalam peristiwa itu sempat ada insiden dramatis saat anak kedua Anton mengelamatkan dua adiknya yang terkena letusan bom.
Anak Anton ini membawa dua adiknya ke rumah sakit begitu tahu mereka terluka parah. Inisial anak itu bernama AR.

Sedangkan, jenazah Anton, istri, dan anak pertamanya telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara, Senin dini hari sekitar pukul 01.30 WIB.
"AR, satu-satunya anak laki-laki selamat," ungkap Kombes Pol Frans Barung Mangera.
"Dia juga yang membawa dua adiknya ke rumah sakit, sekarang mereka di Rumah Sakit Bhayangkara," lanjutnya.
Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin membocorkan cara orangtua mendoktrin anak-anaknya.
Satu caranya pendoktrinanan dengan mencekoki anak mereka dengan video jihad secara rutin agar membentuk ideologi anak.
"Orangtua tentu punya peran penting di balik kejadian ini bisa mengajak anak mereka," ujar Irjen Machfud Arifin di Media Center Polda Jatim, Selasa (15/5/2018).
"Seperti rajin memberikan tontonan video jihad kepada anak-anak untuk membentuk ideologi sejak dini."
"Cara ini dilakukan oleh semua pelaku, mereka satu jaringan."
Baca: Baku Tembak Antara Densus 88 dan Terduga Teroris Bikin Heboh, Warga: Ada Sekitar 10 Tembakan
Tapi, ternyata salah satu anak pelaku yang diketahui menolak doktrin orangtuanya untuk menjadi teroris.
AR menolak doktrin kebohongan orangtuanya yang dilakukan untuk adik-adiknya.
Yaitu, anak-anak Anton dan Puspitasari diminta untuk mengaku home schooling saat ditanya oleh tetangga.
Padahal, mereka tak sekolah sama sekali.
"Faktanya, selama ini anak mereka di paksa mengaku home schooling padahal tidak bersekolah sama sekali," kata Irjen Machfud Arifin.
"Usaha ini agar anak mereka tidak berinteraksi dengan orang lain."
Namun, AR terang-terangan menolak doktrin orangtuanya dan memilih hidup dengan caranya sendiri.
Ia memilih untuk tetap bersekolah hingga hidup bersama neneknya.
"Ada satu anak dewasa yang di Rusun Wonocolo itu menolak ikut ajaran dari orangtuanya," kata Kapolda Jatim.
"Ia memilih untuk tetap bersekolah dan ikut dengan neneknya," lanjutnya.
Sayang di hari kejadian ia berada di rumah orang tuanya. Ia pun tak tahu soal rencana orang tuanya yang akan meledakkan bom.
Beda dengan kedua adiknya yang masih kecil. Mereka terluka parah.
AR pun langsung menolong dua adik bungsunya saat terluka akibat bom orangtuanya.
Ia melarikan kedua adiknya ke rumah sakit. Mereka kini sedang dirawat Rumah Sakit Bhayangkara.
Sedangkan, orangtua AR dan adiknya tewas karena bom sendiri.