Pesan Di Balik Batik yang Dikenakan SBY Saat Bertemu Prabowo, Biasa Dipakai di Acara Pernikahan
Para petinggi yang turut hadir dalam pertemuan SBY dan Prabowo juga ikut mengenakan batik, namun tak semuanya memakai warna cokelat.
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Batik cokelat yang dikenakan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono saat bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memiliki makna tersendiri.
Pada pertemuan di Mega Kuningan, Jakarta, SBY dan Prabowo kompak mengenakan batik warna cokelat lengan panjang.
Para petinggi yang turut hadir dalam pertemuan SBY dan Prabowo juga ikut mengenakan batik, namun tak semuanya memakai warna cokelat.
Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan berujar barujar batik menjadi ciri khas kearifan lokal.
Dresscode batik pula menandakan seberapa serius pertemuan antara SBY dengan Prabowo malam tadi.
"Ini untuk menandakan keseriusan kita. Tetapi juga ada nilai kearifan lokal di situ dan merakyat. Itu pesan yang ingin kami sampaikan," katanya seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Andi Putra, seorang pengrajin batik asal Pekalongan menerangkan bahwa batik yang dikenakan oleh SBY merupakan jenis batik Sidomukti.
Sayap kupu-kupu yang terpampang menyerupai huruf W pada bagian depan menjadi pencirinya.

Menurut Andi, batik Sidomukti yang dikenakan SBY memiliki makna adanya harapan atau keinginan menjadi sejahtera.
Andi mengatakan batik tersebut biasanya digunakan dalam acar pernikahan.
• Apa Hubungan Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng dengan Ahok?
• Lakukan Pertemuan 4 Mata, SBY dan Prabowo Tunjukan Sinyal Koalisi Hadapi Jokowi
Sementara itu, kata Andi, Prabowo mengenakan batik jenis lain, yakni batik Parang Rante.
"Pak SBY pakai Sidomukti. Kalau Pak Prabowo pakai Parang Rante. Lihat motifnya sudah ketahuan kok," jelasnya saat dihubungi Tribunnews.com.

Batik Prang Rante, lanjut Andi, bermakna tidak terputus.
"Di luar obrolan politik, keduanya memiliki makna yang bagus memakai dua batik itu," ucap Andi.
AHY bukan harga mati
Melansir Tribunnews.com, Setelah menyampaikan hasil pertemuan, SBY ditanya oleh wartawan apakah dalam pertemuan semalam mendorong AHY menjadi cawapres pendamping Prabowo.
SBY menjawab, pertemuan tersebut belum spesifik membahas cawapres yang akan diusung Partai Gerindra dan Partai Demokrat.
"Kami tidak membicarakan urusan cawapres. Saya ulangi, setiap parpol tentu menginginkan salah satu kadernya jadi capres atau cawapres, demikian juga Partai Demokrat. Tapi cawapres bukan harga mati," ujar SBY.
• Fakta Di Balik Batik Sidomukti dan Parang Rante yang Dikenakan SBY dan Prabowo, Punya Makna Berbeda
Prabowo lantas meneruskan jawaban SBY.
"Pak SBY tidak meminta AHY sebagai cawapres sebagai harga mati. Beliau minta kami mencari nama yang terbaik," ujar Prabowo.

Meski demikian, ia tidak memungkiri bahwa nama AHY sebagai salah satu nama yang dipertimbangkan sebagai cawapres.
Menurut Prabowo, ia membutuhkan kriteria cawapres pendamping yang memiliki kapabilitas dan bisa berkomunikasi secara baik dengan generasi muda.
"Tapi kriteria yang saya butuhkan, capable, orang yang bisa berkomunikasi dengan baik dengan generasi muda karena memang pemilih mayoritas di bawah 40 tahun," kata Prabowo.
• SBY Sebut Jalan Demokrat Berkoalisi Dengan Jokowi Penuh Rintangan
"Umpama nama AHY muncul saya harus katakan, why not," tuturnya.
"Begitu, Pak," kata Prabowo sambil menengok ke arah SBY yang berdiri di sampingnya.
SBY merespons dengan berangguk-angguk.
Mendengar pengakuan Prabowo tersebut, AHY tersenyum.
Ketika ditanya soal kemungkinan berkoalisi dengan Presiden Joko Widodo, SBY mengungkapkan pihaknya juga menjalin komunikasi dengan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Namun, upaya Partai Demokrat untuk menjalin koalisi dengan kubu Jokowi rupanya menemui banyak kendala.
"Saya menjalin komunikasi dengan Pak Jokowi hampir satu tahun untuk menjajaki kemungkinan kebersamaan dalam pemerintahan. Pak Jokowi juga berharap Demokrat di dalam. Tapi kami menyadari banyak rintangan dan hambatan," kata SBY.