Mahasiswa IPB Bantu Pemerintah Atasi Permukiman Kumuh di Bogor

Dalam proposalnya mereka memberi judul “Realisasi Bogor Indah Lestari dengan Penerapan Kebijakan Social Slum Upgrading”.

Editor: Yudhi Maulana Aditama
Humas IPB
Mahasiswa IPB menggagas sebuah program bernama Realisasi Bogor Indah Lestari. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Tingginya perpindahan penduduk menuju perkotaan menimbulkan berbagai persoalan.

Dampaknya berpengaruh terhadap terbatasnya sumberdaya, menipisnya lahan permukiman dan meningkatnya kriminalitas.

Tak jarang di beberapa sudut perkotaan akan tampak permukiman kumuh padat penduduk. Melalui kebijakannya, pemerintah berupaya mengatasi permasalahan permukiman kumuh dengan meningkatkan kualitas permukiman dan relokasi tempat tinggal.

Mendukung hal tersebut tiga mahasiswa IPB di bawah bimbingan:Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si yaitu Widya Aninditha, Arwa Inas Shafiya, dan Taushi Azhari menggagas sebuah program bernama Realisasi Bogor Indah Lestari.

Program ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Sosial Humaniora (PKM PSH) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Dalam proposalnya mereka memberi judul “Realisasi Bogor Indah Lestari dengan Penerapan Kebijakan Social Slum Upgrading”.

“Agar kebijakan berjalan efisien dan efektif, perlu diketahui faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memutuskan untuk tetap tinggal atau tidak di permukiman kumuh. Oleh karena itu, kami ingin melihat faktor apa saja yang mempengaruhi dan seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap keputusan tinggal suatu individu di permukiman kumuh,” tutur Widya.

Dalam aksinya, tim ini terlebih dahulu mewawancarai instansi terkait guna melihat dampak kebijakan yang telah diterapkan dan indikator keberhasilannya.

Selanjutnya mereka melakukan turun lapang mewawancarai masyarakat di permukiman kumuh berdasarkan titik lokasi permukiman yang termasuk dalam kategori.

“Kita turun lapang di tiga kelurahan di Kota Bogor yang termasuk kumuh, yaitu kelurahan Ciwaringin, Pasir jaya, dan Batu tulis. Untuk Pasir Jaya dan Ciwaringin kita mewawancarai di daerah dekat bantaran sungai. Untuk Batu Tulis kita mewawancarai di dekat bantaran sungai dan rel kereta. Untuk Batu Tulis, lokasi perumahan terbagi dua. Bagian bawah dekat dengan bantaran sungai. Sedangkan bagian atas dekat dengan rel kereta api dan jumlah rumahnya cenderung padat. Untuk Ciwaringin dan Pasir Jaya letaknya di bantaran sungai, penduduknya padat dan tanahnya curam,” ungkapnya.

Dari hasil wawancara terhadap 120 responden, tim ini menemukan sebanyak 69 responden memilih untuk tetap tinggal di permukiman tersebut meskipun diberi fasilitas untuk pindah secara gratis.

Sedangkan sisanya memilih untuk pindah jika terdapat kebijakan pemerintah yang mengharuskan mereka untuk merelokasi tempat tinggalnya.

Berdasarkan penelitian ini, tim memberikan rekomendasi bagi pemerintah.

Rekomendasi kebijakan ini bernama realisasi Bogor Indah Lestari. Kebijakan ini menitikberatkan terhadap perbaikan lingkungan dalam aspek kelengkapan prasarana kesehatan dan teknis khususnya persampahan.

“Program ini dititikberatkan pada tiga aspek peningkatan kualitas yaitu edukasi, peningkatan fasilitas umum dan sosial, serta standarisasi kebijakan,”ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved