Cerita Kapolsek Ciawi Turunkan Angka Tawuran Pelajar, Hukuman Push Up Saja Gak Mempan
Operasi warnet ia lakukan karena di warnet, sering ditemukan siswa yang bolos, baik yang SD, SMP, maupun yang sudah SMA dari berbagai sekolah.
Penulis: Sachril Agustin Berutu | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Agar tawuran pelajar ini bisa dicegah, Muhtarom membangun hubungan dengan para guru.
Ia ingin agar para guru menganggap bahwa kantor polisi adalah kantornya juga.
Ia juga ingin agar para guru tidak merasa canggung dan seperti orang asing bila ke kantor polisi.
"Saya ingin membuat sebuah ikatan, dimana para Satgas ini tidak permisi bila datang ke kantor polisi. Di sini, saya harus bisa membuat mereka bisa menganggap bahwa tempat ini adalah tempatnya juga. Datang, duduk, bersantai, tiduran, membuat kopi sendiri, bisa dilakukan mereka," tuturnya.
Pendekatan 'Pemanggilan roh' ini ia lakukan dan berhasil.
Bersama para Satgas ini, ia bercerita, polisi melakukan tindakan pencegahan dengan patroli bersama dan menjadi Inspektur upacara.
Tak hanya itu, untuk menekan tingginya tawuran pelajar, ia bersama para anggotanya melakukan jogging pada Jumat pagi ke rumah-rumah warga.
"Dengan memakai pakaian olahraga, saya jogging ke pemukiman sambil menyapa warga. Dari jogging sini juga, saya melakukan operasi warnet, yakni mencari siswa yang bolos sekolah," terangnya.
Operasi warnet ia lakukan karena di warnet, sering ditemukan siswa yang bolos, baik yang SD, SMP, maupun yang sudah SMA dari berbagai sekolah.
Banyaknya siswa bisa berpotensi keributan. Apalagi, terkadang ada Alumni dari siswa bersangkutan yang juga ke warnet.
"Potensinya tinggi, bisa terjerumus hal yang tidak baik. Apalagi anak-anak mudah terprovokator dan salah berbicara. Salah sedikit, ribut. Ini juga langkah saya untuk mengantisipasi agar siswa tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, seperti meminum minuman keras dan narkoba," katanya panjang lebar.
Bila menemukan siswa bermasalah, baik ketika tawuran ataupun operasi warnet, lanjut Muhtarom, ia akan memangil orang tua siswa tersebut dan gurunya.
"Pembinaan yang paling sulit itu agar si anak tau bahwa dia salah. Tapi kita terus mencoba. Tidak ada hukuman fisik, saya memberi hukuman lain yang berbeda," jelasnya.
Hukumannya, kata Muhtarom, dengan menulis Astagfirullahaladzim dalam bahasa Arab di satu buku tebal sampai habis.
Siswa, tidak terbiasa menulis dengan bahasa Arab, dan karena itu, hukumannya akan lama dikerjakan.
