Gempa di Donggala

3 Hari Terjepit Runtuhan yang Ambruk karena Gempa Palu, Fitri Ditemukan Saat Teriak Minta Makan

Air mata Fitri tumpah saat berhasil dievakuasi keluar dari runtuhan bangunan.

Penulis: Damanhuri | Editor: Ardhi Sanjaya
NURHADI
Kepala Badan Sar Nasional (Basarnas) M. Syaugi meninjau langsung kondisi Hotel Roa-roa di Jl. Patimura, Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang ambruk total akibat di guncang gempa 7,7 SR, Minggu (30/9/2018). 

Namun ia tampak sangat lemas atau tak berdaya ketika berhasil dievakuasi oleh tim penyelamat.

Fitri adalah korban ketujuh yang berhasil dievakuasi dengan selamat dari runtuhan bangunan Hotel Roa-roa.

Sementara dua korban meninggal dunia juga berhasil dievakuasi.

832 Korban Tewas Dimakamkan Massal Hingga Kisah Balita Terpisah dari Ibunya Saat Tsunami di Palu

Dua Kader Demokrat Bicara Soal Penanggalangan Gempa Palu, Peran Puan Maharani Dipertanyakan

Hingga saat ini petugas Basarnas masih berusahan melakukan evakuasi dengan alat manual karena masih terkendalam alat berat.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mencatat hingga Minggu (30/9/2018) korban meninggal dunia akibat gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 832 orang.

Korban sebagian besar berasal dari Kota Palu.

Pra korban tewas rencananya akan dimakamkan secara masal dalam satu tempat.

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan berdasarkan data sementara yang tercatat korban tewas sebanyak 832 jiwa.

Menurutnya, 821 orang korban berasal dari Kota Palu dan 11 lainnya dari Kabupaten Donggala.

Sementara dua kabupaten terdampak lainnya yaitu Kabupate Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong belum diketahui lantaran akses informasi dan transportasi yang masih terputus.

“Diperkirakan jumlah korban masih terus bertambah karena banyak korban yang belum teridentifikasi, masih tertimbun reruntuhan bangunan atau tanah longsor serta daerahnya belum terjangkau tim SAR (Search and Rescue),” jelas Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Pusat, Minggu (30/9/2018) mengutip Tribunnews.com

Sutopo kemudian menjelaskan bahwa korban meninggal kini sedang dalam proses pemakaman secara massal.

Ia mengatakan pemakaman secara massal segera dilakukan setelah korban meninggal dunia telah melalui proses identifikasi DVI, face recognition, dan sidik jari.

Pemakaman massal menurutnya perlu segera dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit bagi pengungsi korban gempa bumi dan tsunami yang bertahan di luar ruangan.

“Sedangkan untuk korban luka berat berjumlah 540 orang yang dirawat di sejumlah rumah sakit seperti RS Wirabuana, RS Budi Agung, dan RS Samaritan, sementara pengungsi yang diketahui total berjumlah 16.732 orang,” tegas Sutopo.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved