Gempa di Donggala
Polisi Tewas Akibat Gempa dan Tsunami Palu saat Akan Lamar Kekasihnya
Ayah korban, I Gusti Kade Sukadana (57), menuturkan sang anak bertugas di Palu sejak 2005 setelah lulus SPN Singaraja.
Air mata berlinang dari matanya.
Terkadang tatapannya kosong, mengingat anak laki-laki tunggalnya itu.
• Kisah Tragis Keluarga Mandagi: Tertimbun Runtuhan Hotel Roaroa di Palu, hingga Kecelakaan Pesawat
Gus Maiz adalah anak ke dua dari dua bersaudara, Gus Maiz lulusan SPN Singaraja tahun 2005, dan langsung bertugas di Palu.
Ia menjadi anggota Satuan Lalu Lintas Polres Palu.
Saat gempa mengguncang dan diikuti tsunami di Palu, korban dikabarkan tengah bertugas untuk pengamanan (PAM) di Festival Palu Nomoni.
"Selama kariernya di polisi, dia sangat perhatian dengan orangtua. Ibunya selalu diperhatikan. Dan, kami tidak ada firasat apapun sebelum kejadian ini," ungkap Gus Sukadana.
Pacar Selamat
Kakak perempuan Gus Maiz, I Gusti Ayu Putu Widiantarini (35), menuturkan, terakhir berkomunikasi lewat telepon dengan adiknya dua hari sebelum kejadian.
Dan kabar meninggalnya Gus Maiz disampaikan pacar adiknya, yang berhasil selamat dan kini berada di pengungsian.
"Sempat pacar adik saya telepon kemarin malam (Sabtu malam). Dia bilang kalau adik meninggal. Posisi pacarnya adik di pengungsian, tapi ditelepon lagi tidak bisa," ucap Widiantari, sembari menuturkan pada Selasa besok dijanjikan akan dikasi uang oleh sang adik.
“Tidak biasanya adik mau kasi uang ke saya," sambungnya dengan nada pelan.
Widiantarini mengungkapkan lagi, Gus Maiz biasanya setiap setahun sekali pulang ke Bali.
Biasanya setiap Nyepi.
Namun, dalam dua tahun belakangan ini tidak pulang.
Gus Maiz selama ini menjadi tulang punggung keluarga, karena orangtuanya hanya bekerja sebagai petani. "Ibu itu selalu dikirimin uang Rp 1 juta setiap meminta, karena tidak punya uang," ungkapnya.