Pidato Jokowi Soal Game of Thrones Tuai Pujian, Fahri Hamzah: Bikin Sakit Perut Kalau Buat Saya
Jika para tamu IMF-Bank Dunia memberikan pujian, Fahri Hamzah malah mengkritik pidato Jokowi soal Game of Thrones ini.
Penulis: Uyun | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah berkomentar mengenai pidato Presiden Jokowi di IMF-Bank Dunia yang menganalogikan dengan Game of Thrones.
Pidato Jokowi mengenai Game of Thrones ini disampaikan dalam Rapat Pleno Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di BNDCC Nusa Dua, Badung, Jumat (12/10/2018) pagi.
Pada pidatonya tersebut, Jokowi menyatakan bahwa menyadur kata-kata dari serial Game of Thrones, yakni Winter is Coming.
Dilansir dari Kompas.com, istilah 'Winter is Coming' sendiri adalah sebuah fase yang ada di dalam Game of Thrones, fase-fase akan hadirnya sesuatu yang akan merugikan seluruh houses yang ada di Game of Thrones.
Game of Thrones sendiri merupakan drama fantasi yang digarap oleh David Benioff dan DB Weiss, yang mengisahkan perebutan kekuasaan para raja dan bangsawan.
Drama serial Game of Thrones ini bahkan sudah menginjak musim ke-7 yang tayang di stasiun TV HBO.
Tak sangka, ternyata pidato Jokowi di IMF-World Bank ini mendapat sambutan meriah dari para tamu undangan yang hadir.
Bahkan Jokowi juga mendapatkan dua kali standing applause oleh para peserta IMF-World Bank yang berasal dari 189 negara.
Akan tetapi, sambutan meriah Jokowi soal Game of Throne di IMF-World Bank ini ternyata tak mendapat respon positif dari Fahri Hamzah, selaku wakil ketua DPR RI.
Fahri Hamzah menyebut bahwa Presiden Jokowi ini harus lebih mementingkan kutipan tokoh terkenal Indonesia dibandingkan fiksi Hollywood.
• Fadli Zon Sebut Bung Karno Menangis Lihat Pidato Jokowi, Nikita Mirzani: Lebih Nangis Lihat Anda!
• Video Luhut Tegur Pose Pimpinan IMF 2018, Sri Mulyani Tertawa Saat Christine Lagarde Ubah Jarinya
Para tokoh terkenal ini dicontohkan Fahri Hamzah seperti Bung Karno, Syahrir, Natsir dan Mohamad Yamin.
"Saya kira ya, pak Jokowi harus lebih sering mengutip Bung Karno daripada fiksi-fiksi terbitan Hollywood," tutur Fahri Hamzah seperti dilansir dari Twitter @kawanFH, Senin (15/10/2018).
Menurutnya, kalau masih saja Jokowi melakukan hal tersebut, justru akan membuatnya sakit perut.
"Karena itu bikin sakit perut kalau buat saya sih," tambahnya seusai hadir di Deklarasi Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (14/10/2018).
Fahri Hamzah pun lantas membandingkan dengan pemimpin luar negeri yang lebih banyak mengutip para tokoh-tokoh pendahulunya.
"Orang-orang di negara lain, seperti orang Amerika ya mereka kutip adalah Haisen Hower, George Washington, Franklin. Yang dikutip itu mantan-mantan pemimpin dan pemikir Amerika. Sastrawan mereka, kebudayaan mereka, sejarawan mereka," lanjutnya.
Ia pun mengaku heran ketika Jokowi lebih memilih untuk mengutip kata-kata dari karya fiksi.
"Lah kok tiba-tiba presiden kita mengutip fiksi, Avenger, Winter of Warior, Game of Thrones? Itu fiksi gak ada dalam kenayataan," tutur Fahri Hamzah.
Hal tersebut karena tak banyak juga warga Indonesia yang menonton.
"Yang orang Indonesia gak nonton juga, saya saja gak nonton,karena gak ada di TV Indonesia kan, di TV asing saya gak biasa nonton serial-serial TV seperti itu," lanjutnya.
• Dialog Skandal Buku Merah di TV Dibatalkan, Dahnil Anzar: Tak Ada Pihak KPK dan Polri yang Datang
Fahri Hamzah pun memberikan solusi dan alternatif untuk pidato Jokowi berikutnya di acara level dunia.
Ia menyarankan agar Jokowi mengutip kitab suci.
"Atau lebih bagus Pak Jokowi kutip kitab suci, nah lebih enak juga ngedengernya," saran Fahri.
Fahri juga mengatakan, Presiden Jokowi ini seolah mengajak kaum generasi milenial untuk melupakan sejarah.
“Pemimpin tidak suka lagi berbicara sejarah, pemimpin kita bicara fiksi, Thanos, Avengers lah, Game of Thrones, seolah-olah mengajak kita memikirkan suatu yang dangkal ke kaum milenial, sejarah dilupakan, Sriwijaya dilupakan, Majapahit dilupakan,” kata Fahri.
Dia melanjutkan, semestinya pemerintah tak melupakan sejarah terbentuknya Indonesia dengan menyampaikan betapa sulitnya para pejuang tanah air merebut kemerdekaan di tangan para penjajah kala itu.
Salah satu contoh, ketika presiden pertama Soekarno hanya menggunakan stasiun radio untuk menyampaikan pidato kepada rakyat.
Selain itu, perjuangan Bung Karno yang dibuang beberapa kali oleh penjajah juga harus dikenang.
• Urus Paspor Cucu, Iriana Jokowi Ikut Antre di Kantor Imigrasi Bogor
Berikut pidato lengkap Presiden Jokowi dalam sambutannya pada Plenary Session IMF-World Bank Annual Meetings, di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali Jumat (12/10/2018) seeprti dilansir dari Tribunnews:
Pertama-tama, atas nama masyarakat Indonesia, saya menyampaikan terima kasih atas perhatian, atas dukungan, dan atas bantuan dari Bapak, Ibu, Saudara-saudara kita dari berbagai penjuru dunia untuk masyarakat di Nusa Tenggara Barat dan di Sulawesi Tengah yang menjadi korban gempa dan tsunami. Hal ini menunjukkan persaudaraan kita yang sangat erat, persaudaraan untuk kemanusiaan dan persaudaraan untuk menyelesaikan masalah bersama-sama.
Bapak dan Ibu sekalian,
Sepuluh tahun yang lalu kita mengalami krisis finansial global. Berkat langkah-langkah kebijakan moneter dan fiskal yang luar biasa yang membutuhkan keberanian politik yang besar, Bapak-Ibu para pembuat kebijakan telah menyelamatkan dunia dari depresi global yang pada waktu itu sudah di depan mata. Untuk itu kami menyampaikan selamat atas kesuksesan Bapak-Ibu dalam mengatasi krisis finansial global tahun 2008.
Setelah 10 tahun berlalu, kita tetap harus waspada terhadap meningkatnya risiko dan kesiapsiagaan kita dalam mengalami ketidakpastian global. Seperti yang disampaikan Ibu Christine Lagarde terhadap banyak masalah yang membayangi perekonomian dunia. Amerika Serikat menikmati pertumbuhan yang pesat namun di banyak negara terdapat pertumbuhan yang lemah atau tidak stabil. Perang dagang semakin marak dan inovasi teknologi mengakibatkan banyak industri terguncang. Negara-negara yang tengah tumbuh juga sedang mengalami tekanan pasar yang besar. Dengan banyak masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa winter is coming.
Hadirin yang berbahagia,
Dalam beberapa dekade terakhir negara ekonomi maju telah mendorong negara ekonomi berkembang untuk membuka diri dan ikut dalam perdagangan bebas, dan ikut dalam keuangan terbuka. Globalisasi dan keterbukaan ekonomi internasional ini telah memberikan banyak sekali keuntungan, baik bagi negara maju maupun negara berkembang. Berkat kepedulian dan bantuan negara ekonomi maju, negara-negara berkembang mampu memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi dunia.
Namun, akhir-akhir ini hubungan antara negara-negara ekonomi maju semakin lama semakin terlihat seperti Game of Thrones. Balance of power dan aliansi antarnegara-negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan. Lemahnya kerja sama dan koordinasi telah menyebabkan terjadinya banyak masalah, seperti peningkatan drastis harga minyak mentah dan juga kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara-negara berkembang.
• Prabowo Sebut Elite Politik Pentingkan Keluarga, Kubu Jokowi: Anak Jokowi Ada yang Jadi Konglomerat?
Hadirin yang terhormat,
Dalam serial Game of Thrones, sejumlah “Great Houses”, “Great Families”, bertarung hebat antara satu sama lain untuk mengambil alih kendali “The Iron Throne”. “Mother of Dragons” menggambarkan siklus kehidupan. Perebutan kekuasaan antar para “Great Houses” itu bagaikan sebuah roda besar yang berputar seiring perputaran roda satu “Great House” tengah berjaya sementara “House” yang lain mengalami kesulitan. Dan setelahnya, “House” yang lain berjaya dengan menjatuhkan “House” yang lainnya. Namun, yang mereka lupa tatkala para “Great Houses”, sibuk bertarung satu sama lain mereka tidak sadar adanya ancaman besar dari utara. Seorang “Evil Winter”, yang ingin merusak dan menyelimuti seluruh dunia dengan es dan kehancuran. Dengan adanya kekhawatiran ancaman “Evil Winter” tersebut, akhirnya mereka sadar tidak penting siapa yang menduduki “The Iron Throne”. Yang penting adalah kekuatan bersama untuk mengalahkan “Evil Winter” agar bencana global tidak terjadi, agar dunia tidak berubah menjadi tanah tandus yang porak-poranda yang menyengsarakan kita semuanya.
Para hadirin yang berbahagia,
Saat ini kita sedang menghadapi ancaman global yang tengah meningkat. Perubahan iklim telah meningkatkan intensitas badai dan topan di Amerika Serikat hingga Filipina. Sampah plastik di laut, di seluruh penjuru dunia telah mencemari pasokan makanan di banyak tempat. Ancaman global yang tumbuh pesat tersebut yang hanya bisa kita tanggulangi jika kita bekerjasama.
Baru 5 hari yang lalu dalam panel antarnegara terkait perubahan iklim atau IPCC, Bapak Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB dengan tegas mengingatkan kita kembali bahwa waktu sudah sangat mendesak bagi kita untuk bertindak dalam skala besar-besaran guna mencegah kehancuran dunia akibat perubahan iklim global yang tidak terkendali. Kita perlu segera meningkatkan investasi tahunan secara global sebesar 400 persen untuk energi terbarukan. Untuk itu, kita harus bekerja bersama menyelamatkan kehidupan bersama kita.
Untuk itu, kita harus bertanya apakah sekarang kita merupakan saat yang tepat untuk rivalitas dan kompetisi? Sekali lagi, apakah sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk rivalitas dan kompetisi? Ataukah saat ini merupakan waktu yang tepat untuk kerja sama dan kolaborasi? Apakah kita telah terlalu sibuk untuk bersaing dan menyerang satu sama lain sehingga kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang membayangi kita semuanya? Apakah kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang dihadapi oleh negara kaya maupun miskin, oleh negara besar ataupun negara kecil?
• Nikita Mirzani : Fadli Zon Beraninya Nge-Tweet Doang Giliran Dipanggil Polisi Takut, Gimana Jadi Gue
Para hadirin yang berbahagia,
Tahun depan kita akan menyaksikan season terakhir dari serial Game of Throne. Saya bisa perkirakan bagaimana akhir ceritanya. Saya yakin ceritanya akan berakhir dengan pesan moral bahwa konfrontasi dan perselisihan akan mengakibatkan penderitaan, bukan hanya bagi yang kalah tapi juga bagi yang menang. Ketika kemenangan sudah dirayakan, dan kekalahan sudah diratapi barulah kemudian kedua-duanya sadar bahwa kemenangan maupun kekalahan di dalam perang selalu hasilnya sama, yaitu dunia yang porak-poranda. Tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
Saya ingin menegaskan, saat ini kita masuk pada season terakhir dari pertarungan ekspansi ekonomi global yang penuh rivalitas dan persaingan. Bisa jadi situasinya lebih genting dibanding krisis finansial global 10 tahun yang lalu. Kami bergantung kepada Bapak-Ibu semuanya, para pembuat kebijakan moneter dan fiskal dunia, untuk menjaga komitmen kerja sama global. Saya sangat berharap Bapak-Ibu akan berkontribusi dalam mendorong para pemimpin-pemimpin dunia untuk menyikapi keadaan ini secara tepat. Diperlukan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang mampu menyangga dampak dari perang dagang, disrupsi teknologi dan ketidakpastian pasar.
Saya harap pertemuan tahunan kali ini berlangsung produktif. Saya harap Bapak-Ibu semuanya mampu menyerap tenaga dan memetik inspirasi indahnya alam Bali dan Indonesia untuk kejernihan hati dan pikiran dalam memperbaiki kondisi finansial global untuk kebaikan kita bersama.