Erupsi Anak Krakatau

6 Fakta Sejarah Gunung Krakatau, 3 Hari Tak Ada Sinar Matahari Hingga Kelahiran Gunung Anak Krakatau

Meletusnya Gunung Krakatau dianggap sebagai salah satu letusan gunung terdahsyat sepanjang sejarah, hingga berdampak ke negara lain.

Penulis: yudhi Maulana | Editor: Ardhi Sanjaya
Kompas.com
Potret terkini Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda (KOMPAS/RIZA FATHONI) 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda menimbulkan tsunami yang menghantam wilayah Banten dan Lampung, Sabtu (22/12/2018).

Akibat tsunami ini, dilaporkan 430 orang, 1.495 orang mengalami luka-luka, dan 159 orang hilang.

Gunung Anak Krakatau timbul setelah 'ibunya', Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883.

Meletusnya Gunung Krakatau dianggap sebagai salah satu letusan gunung terdahsyat sepanjang sejarah, hingga berdampak ke negara lain.

Bencana tsunami dan gempa yang ditimbulkan membuat puluhan ribu orang meninggal dunia.

Berikut 6 fakta soal sejarah Gunung Krakatau yang dirangkum TribunnewsBogor.com.

ilustrasi Gunung Anak Krakatau meletus
ilustrasi Gunung Anak Krakatau meletus (net)

1. Tidur Selama 200 Tahun

Gunung Krakatau merupakan gabungan dari tiga gunung purba, yakni Gunung Rakata, Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan.

Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.

Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam.

6 Tsunami Dahsyat Ini Pernah Terjadi di Dunia, Ada Gelombang Muncul hingga Setinggi 40 Meter

Tsunami Selat Sunda: Mengapa Berita Soal Duka Lara Lebih Disukai? Ini Kata Psikolog

Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus.

Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883.

Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau.

Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda.

2. Meletus Tahun 1883

Ledakan kecil yang terjadi kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.

Dikutip dari Kompas.com, Puncak letusan Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.

Sebuah dentuman dahsyat menggelegar dari arah Selat Sunda, selat di antara Pulau Sumatra dan Jawa, disusul dengan semburan debu vulkanik setinggi 80 kilometer.

Dilansir Harian Kompas yang terbit pada 1992, pukul 10.20 pagi hari, Gunung Krakatau telah meletus.

Gunung Anak Krakatau alami erupsi pada Rabu (11/7/2018)
Gunung Anak Krakatau alami erupsi pada Rabu (11/7/2018) (BNPB)

3. Terdengar Sampai Australia

Letusan Krakatau terdengar ke timur sampai Australia Tengah, 3.300 kilometer dari titik ledakan, dan ke barat terdengar sampai Pulau Rodriguez, kepulauan di Samudera Hindia, 4.500 kilometer jauhnya dari Selat Sunda.

Konon, inilah suara paling keras yang pernah terjadi di dunia sampai saat ini.

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau dan ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern.

The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Sunenti dan Bayi 1 Bulan Selamat dari Tsunami Tanpa Luka Parah, Padahal Tertimbun Reruntuhan 11 Jam

Meletusnya Gunung Anak Krakatau dan Gunung Berapi Lainnya Kerap Disertai Petir, Ini Alasan Ilmiahnya

4. Seperti Puluhan Ribu Kali Bom Atom

Suaranya dinilai setara dengan 21.548 kali letusan bom atom.

Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik.

4. Tak Ada Sinar Matahari

Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km.

Selama tiga hari penuh Pulau Jawa dan Sumatera tertutup hujan abu.

Suasana gelap gulita berlangsung siang dan malam, dan walaupun dengan penerangan obor dan lampu, jarak pandang hanya mencapai beberapa meter.

5. Timbulkan Tsunami Dahsyat

Lokasinya yang di tengah lautan, letusan Krakatau membawa bencana tsunami dan air bah menerjang pantai-pantai Teluk Betung, Lampung, serta pesisir Jawa Barat, dari Merak sampai Ujungkulon.

Air laut naik sampai 30 meter menerjang dan menghancurkan desa-desa pantai.

Kembaran Ifan Seventeen Ungkap Mimpi Herman Sebelum Meninggal Diterjang Tsunami : Digigit Ular

14 Tahun Tsunami Aceh: Martunis Selamat Usai 21 Hari di Lautan, Jadi Anak Angkat Ronaldo Karena Ini

Sebuah kapal patroli "Berouw" terangkat dan ditemukan terbalik sekitar 2,5 kilometer masuk daratan.

Di Ujungkulon, air bah masuk sampai sekitar 15 kilometer ke arah darat.

Taksiran kerugian manusia akibat ulah Krakatau 36.000 orang meninggal dunia.

Selain itun gelombang raksasa juga terasa sampai ke San Fransisco, Afrika Selatan dan Kepulauan Aleut di Alaska.

6. Muncul Gunung Anak Krakatau

Erupsi Gunung Krakatau
Erupsi Gunung Krakatau (Istimewa)

Akibat letusan dahsyat itu, Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan lenyap dan bekasnya berupa kawah luas di bawah air, termasuk Gunung Krakatau itu sendiri.

Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau.

Gunung Anak Krakatau tumbuh di kawasan kaldera purba yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya.

Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan.

Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki).

Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 190 meter (7.500 inci atau 500 kaki) lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya.

Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved