Air Berwarna Oranye Terlihat di Sekitar Gunung Anak Krakatau, Bagian Gunung Sudah Hilang Setengahnya
berkurangnya ketinggian Gunung Anak Krakatau disebabkan proses pembentukan tubuh gunung api yang disertai erupsi.
Penulis: yudhi Maulana | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Letusan Surtseyan terjadi karena magma yang keluar dari kawah GAK bersentuhan dengan air laut dan strombolian (semburan lava pijar dari magma yang dangkal).
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho memposting kondisi terkini Gunung Anak Krakatau.
Dalam postingan tersebut, terdapat video yang diambil oleh seorang jurnalis asing bernama James Reynolds.
Dalam video terlihat kondisi air di sekitar Gunung Anak Krakatau berwarna oranye kecokelatan.
Air oranye kecokelatan tersebut tampak terpisah dengan air laut.
Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan kalau air berwarna oranye kecokelatan tersebut adalah hidrosida besi (FeOH3) yang mengandung zat besi tinggi yang keluar dari kawah dan larut ke dalam air laut.
"Kondisi Gunung Anak Krakatau pada 11/1/2019 yang didokumentasikan. @EarthUncutTV. Warna orange kecoklatan adalah hidrosida besi (FeOH3) yang mengandung zat besi tinggi yang keluar dari kawah dan larut ke dalam air laut. Tubuh Gunung Anak Krakatau telah banyak berubah." jelas Sutopo Purwo Nugroho.
di akun Twitter James Reynolds, @EarthUncut TV terlihat beberapa rekaman video dan foto yang memperlihatkan kondisi Gunung Anak Krakatau saat ini.
terlihat Gunung Anak Krakatau hilang di bagian puncaknya dan muncul kawah lebar di tengahnya.
Lalu air berwarna oranye kecokelatan terlihat berada di sekitar Gunung Anak Krakatau dan tak bercampur dengan air laut.
Foto Citra Satelit
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN) baru saja merilis citra satelit Gunung Anak Krakatau.
Citra satelit tersebut menunjukkan perubahan morfologi gunung tersebut mulai dari Agustus 2018 hingga Januari 2019.
Dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Jumat (11/01/2019), LAPAN menjelaskan bahwa gembar tersebut didapatkan dari pengamatan citra satelit TerraSAR-X.
LAPAN membandingkan citra satelit dari tiga waktu, yaitu 30 Agustus 2018, 29 Desember 2018, dan 9 Januari 2019.