Disebut Orang Tua Pelaku 'Backing' Penganiayaan Audrey, Politikus Kalbar: Semua Itu Bohong!
Pejabat yang disebut-sebut sebagai bekingan para terduga pelaku penganiayaan Audrey
Semua itu adalah bentuk sumbangsih kami untuk membantu Kepolisian RI dan TNI melawan, memberantas para perusak, dan pengadu domba negeri ini.
6. Selama dua hari ini di media sosial banyak yang menanyakan serta meminta kami beserta keluarga menjelaskan hubungan antara kami dengan pemilik akun SF.
Sempat ada postingan foto kami di dalam akun tersebut yang membuat banyak persepsi yang salah.
Banyak akun penyebar berita bohong yang mengatakan bahwa kami adalah orangtua kandung pemilik akun SF.
Ada juga akun penyebar berita bohong yang mengatakan kami adalah pejabat atau beking suatu tindak kejahatan, ada juga akun penyebar berita bohong yang menyatakan bahwa kami memanfaatkan situasi kasus ini untuk popularitas tanpa ada rasa empati.
Kami sampaikan dengan tegas sekarang bahwa semua itu bohong.
Bohong yang melukai kami sekeluarga, bohong yang melukai anak kandung saya, sampai berjuang sendiri di medsos untuk klarifikasi membantu bapaknya yang kemarin tidak bisa membela diri karena kebetulan sibuk kerja.
Dikesempatan yang mulia ini kami jelaskan bahwa pemilik akun SF bukanlah anak kandung kami, melainkan keluarga, (persisnya) keponakan kami.
• Kisruh Pernikahan Sirinya Berakhir Damai, Bella Luna Minta Maaf ke Istri Sah & Tak Mau Temui Nana
• Cerita Suami Gendong Istri Hamil 8 Bulan Terjang Banjir Seleher: Sempat Naik Perahu Lalu Renang Lagi
Beberapa hari sebelum kejadian, kami diberitahu bahwa pemilik akun SF dalam hal ini keponakan kami ingin membantu memposting banner kami di akun Instagram yang bersangkutan, lewat informasi ayahandanya yang mana adalah sepupu kami.
Tidak ada tebersit sedikit pun hal ini terjadi seperti sekarang ini.
Baru dua hari ini kami diberitahu bahwa keponakan kami diduga sebagai pelaku dan dituduh sebagai provokator.
Kami sangat sedih dan kecewa dengan informasi ini, dan kami mengadakan cek langsung kepada yang bersangkutan.
Hasilnya, keponakan kami mengatakan, tidak ada niat untuk jadi provokator dan di saat kejadian tindak pidana kekerasan tersebut keponakan saya tidak berada di tempat kejadian perkara.
Hingga saat ini akibat hal tersebut, keponakan kami stress, dibully, dihakimi sebagai pelaku secara brutal dan luar biasa yang mengakibatkan sakit fisik, psikis sampai hari ini.
Biarlah penegak hukun memutuskan siapa yang salah, siapa yang benar sesuai dengan kapasitasnya.