Jadi Sasaran Rencana Pembunuhan, Wiranto: Kita Tetap Bekerja Keras, Soal Nyawa Ada di Tangan Allah
Wiranto merupakan satu dari empat pejabat yang jadi sasaran pembunuhan, tiga lainnya yakni Luhut Binsar Panjaitan, Budi Gunawan dan Gories Mere.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Soewidia Henaldi
Tak hanya itu, Tito Karnavian juga mengklarifikasi isu yang menyebut kalau rencana pembunuhan itu rekayasa.
"Saya ingin menambahkan karena mulai ada isu yang menyatakan bahwa penangkapan yang kita lakukan berkaitan senjata kemudian keterangan pers dari kanit humas dan lain-lain adanya rencana pembunuhan itu rekayasa, saya hanya mengingatkan bahwa negara ini adalah negara demokrasi," katanya.
Ia mempersilahkan semua orang untuk bisa menyaksikan prosesnya di pengadilan, dan memastikan tidak ada keterlibatan polisi di dalamnya.
• Penyusup Kerusuhan 22 Mei Terima Order Bunuh Pejabat Hingga Keterlibatan Prajurit Desersi
"Kkemudian kita berlaku ada pembagian tugas antara penyidik, penuntut, peradilan. semua yang dilakukan penyidik akan diuji di peradilan, dan terbuka, rekan-rekan bisa melihat jalannya sidang, dan kita akan buktikan di persidangan kalau polri tidak terlibat," tegasnya.
Menanggapi adanya rencana pembunuhan terhadap dirinya, Wiranto pun mengaku tak gentar.
"Dua hari ini kita kan diberondong pertanyaan rencana pembunuhan pejabat, rencana pembunuhan pada demonstran, senjata sudah ditemukan, dan sudah terjawan sekarang kan," katanya di lokasi yang sama.
Ia pun menyebut jika nyawanya sudah ada yang mengatur, yakni Tuhan Yang Maha Esa.
"Memang rencana pembunuhan kepada pejabat itu kan ditujukan atau dimaksud untuk memberikan rasa takut, agar pejabat yang bersangkutan mengurangi aktivitasnya, lemah, tapi kita tidak seperti itu, kita semua tetap bekerja keras, dengan orientasi kami mengamankan keselamatan negara. Soal nyawa itu ada di tangan Allah SWT," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, polisi mengungkap adanya kelompok pihak ketiga yang ingin menciptakan martir dalam aksi menolak hasil pilpres pada 22 Mei 2019, di depan Gedung Bawaslu, Jakarta.
Selain itu, kelompok ini juga diduga berniat melakukan upaya pembunuhan terhadap empat pejabat negara dan seorang pimpinan lembaga survei.
• TKN: Siapapun yang Belajar Hukum, Terbengong-bengong Baca Materi Gugatan Prabowo-Sandi
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal menjelaskan, kronologi upaya pembunuhan ini bermula sejak 1 Oktober 2018.
Saat itu, HK mendapat perintah seseorang untuk membeli senjata.
"Hk menerima perintah dari seseorang untuk membeli dua pucuk senpi laras pendek di Kalibata. Seseorang ini pihak kami sudah mengetahui identitasnya. Sedang didalami," kata Iqbal dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (27/5/2019).
Setelah itu, lanjut Iqbal, pada 13 Oktober, HK menjalankan pemerintah dan melakukan pembelian senjata.
Ada empat senjata yang berhasil didapat oleh HK dari AF dan AD.