Fakta Terduga Pelaku Bom Bunuh Diri di Pos Polisi Kartasura, Pernah Hilang sampai Dianggap Amatir
Sosok terduga pelaku bom bunuh diri di Pos Polisi Kartasura, pernah dilaporkan hilang dari rumah dan dianggap amatir oleh polisi
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Vivi Febrianti
Namun, Dedi mengungkapkan bahwa RA merupakan lone wolf atau bertindak sendiri.
Polisi, katanya, belum menemukan indikasi RA tergabung dalam jaringan kelompok teroris manapun.
"Belum ada indikasi keterkaitan yang bersangkutan menyangkut masalah yang bersangkutan ikut dalam suatu jaringan, baik JAD Jawa Tengah, maupun dari kelompok yang lain lain," tutur Dedi.
5. Masih Amatir
Pelaku bom bunuh diri di Pos Polisi Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (3/6/2019) malam, disebutkan merupakan amatir.
"Dari hasil pemeriksaan sementara dan analisa tim Densus, pelaku amatir," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (4/6/2019).

Dedi Prasetyo menuturkan, polisi belum menemukan rekam jejak aksi pelaku yang berinisial RA (22) tersebut.
"Kemudian juga rekam jejaknya di kelompok belum terlihat, rekam jejak aksinya juga boleh dikatakan belum terbaca," ungkapnya.
6. Incar polisi
Melansir Kompas.com, Staf Ahli Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto menduga ledakan bom bunuh diri yang terjadi di pos polisi Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, mengincar aparat kepolisian.
Wawan menduga, pelaku bom bunuh diri di pos polisi tersebut terkait dengan penangkapan terduga teroris yang terjadi di beberapa daerah seperti di Jawa Timur hingga Tasik.
Hal ini terlihat dari pola yang dilakukan terduga pelaku.

"Jaringanya link up sama seperti sebelumnya, sama polanya dengan serangan bom ini. Sasaran utama aparat karena mereka membendung amaliyah," ujar Wawan seperti dikutip dari Kompas TV, Selasa (4/6/2019).
Wawan mengatakan, biasanya pola seperti ini menggunakan pola hide and run, dengan mencari waktu "lelah" ketika tidak bersiaga.
"Dincar dimana titik lelah, misalnya tengah malam. Jadi itu waktunya orang lelah, mereka masuk, tapi sistemnya hide and run dan jadi mana keamanannya yang kurang dan surut karena efek lelah. Tapi meski dalam lelah, aparat siaga dan menjaga kemungkinan dari serangan reguler, alternatif, atau emergency," ujar Wawan.