Sutopo Purwo Nugroho Meninggal

Curhatan Haru Sutopo di Buku Catatannya, Ungkap 2 Periode Waktu yang Menakutkan Dalam Hidupnya

Sering kali Sutopo tetap bekerja melayani masyarakat meski dirinya dalam kondisi menahan rasa sakit akibat kanker paru-paru yang diidapnya.

Penulis: yudhi Maulana | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan penjelasan terkait kondisi gempa di Tasikmalaya, di Jakarta, Sabtu (16/12/2017). BNPB mencatat gempa bumi berkekuatan 6,9 SR yang berpusat di Tasikmalaya mengakibatkan tiga orang meninggal, 208 rumah mengalami rusak berat serta 150 rumah rusak sedang dan 97 rusak ringan. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Curhatan Haru Sutopo di Buku Catatannya, Ungkap 2 Periode Waktu yang Menakutkan Dalam Hidupnya

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), Sutopo Purwo Nugroho tutup usia di Guangzhou, China pada Minggu (7/7/2019) pukul 02.20 waktu setempat.

Kepergian Sutopo tentu membawa duka mendalam bagi keluarga dan banyak orang.

Hal itu karena sosok Sutopo dianggap sebagai sosok yang inspiratif.

Perjuangannya berjuang melawan kanker menyita rasa haru dan simpati banyak orang.

Sering kali Sutopo tetap bekerja melayani masyarakat meski dirinya dalam kondisi menahan rasa sakit akibat kanker paru-paru yang diidapnya.

Sutopo juga kerap kali memberikan motivasi dan inspirasi kepada banyak orang melalui postingan di media sosialnya.

Salah satunya, yakni saat dirinya membagikan postingan dua foto curhatan di buku catatannya di akun Instagram pribadinya.

Dalam buku catatannya itu menceritakan saat dirinya masih kuliah dan mencari pekerjaan.

Sutopo Hidup Sehat dan Bukan Perokok Tapi Idap Kanker Paru, Ini Faktor yang Bisa Jadi Penyebabnya

Kesaksian Petugas BNPB Angkat Peti Jenazah Sutopo: Sama Sekali Gak Berat, Enteng Banget

Pemakaman Sutopo di TPU Sasonolayu Diwarnai Tangisan Ayah, Pesan Terakhir : Doakan Saya Sembuh

Buku catatan itu merupakan pemberian dari temannya yang merupakan lulusan Universitas Indonesia.

Di foto yang pertama, menceritakan ketika Sutopo sedang berjuang untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan melamar pekerjaan.

Di buku catatannya itu, dituliskan daftar nama-nama universitas yang ia inginkan, serta beberapa perusahaan tempat dirinya akan melamar pekerjaan.

Sutopo pun menjelaskan dalam keterangan foto itu, kalau ada dua periode waktu yang ia takutkan selama hidup.

Yakni mencari universitas setelah lulus SMA dan mencari pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi.

Ia pun menceritakan perjuangan bagaimana ia mencari perguruan tinggi hingga melamar pekerjaan.

Tak lupa Sutopo pun memberikan semangat kepada anak-anak muda untuk tidak menyerah dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang diinginkan, serta bisa mendapatkan pekerjaan.

Sutopo Purwo Nugroho
Sutopo Purwo Nugroho (kolase Instagram @sutopopurwo)

Berikut kisah lengkapnya :

Ada 2 periode waktu yang menakutkan selama hidup saya yaitu mencari universitas setelah lulus SMA dan mencari pekerjaan setelah lulus S1.
.
Mencari universitas negeri tidak mudah. Dihapusnya jalur PMDK atau undangan saat itu. Hanya ada satu peluang yaitu test SIPENMARU atau SBMPTN saat ini. Saya hanya mengikuti satu test itu. Tidak berani mendaftar swasta karena beayanya mahal saat itu. Akhirnya diterima di Fakultas Geografi UGM Yogyakarta. Ini pilihan ketiga. Itu pun kesasar karena salah informasi. Pilihan pertama Kedokteran Umum UGM dan kedua Manajemen UGM.
.
Akhirnya lulus S1 dengan predikat cum laude, tercepat, termuda. Menjadi mahasiswa teladan dan juara Lomba Karya Inovatif Produktif Tingkat Nasional.
.
Lalu masuklah periode menakutkan kedua yaitu cari pekerjaan. Hampir tiap hari kirim lamaran. Total 32 surat lamaran via kantor pos. Dari 32 lamaran:
- 2 dapat panggilan lalu test dan diterima, yaitu di BPPT dan PT Sumalindo Lestari Jaya.
- 2 dapat panggilan tapi test gagal yaitu Dosen Universitas Esa Unggul dan PT Garuda Indonesia.
- 3 dapat surat balasan isinya ditolak yaitu:
1. Dosen F. Geografi UGM Yogya
2. Dosen F. Geografi UMS Solo
3. Dosen Perikanan IPB Bogor

.
- 25 TIDAK ADA surat balasan dan tidak direspon.
.
Selama mencari pekerjaan, tidak semua perusahaan atau instansi besar yang saya lamar. Tapi perusahaan kecil bahkan konsultan pun saya lamar. Selama mencari pekerjaan itu banyak yang hanya PHP, diajak kesana kemari tapi akhirnya tidak ada kejelasan, dijanjikan dan lainnya.
.
Semua ini tercatat di block note 24 tahun yang lalu. Block note pemberiat teman di UI yang saya pakai buat catatan penting dan diary.
.
Jadi bagi anak-anak muda, Jangan putus asa. Salah milih jurusan atau belum dapat pekerjaan meski sudah banyak kirim lamaran. Tuhan punya rencana yang lebih baik untuk kita. Tuhan tidsk langsung mengabulkan doa kita seketika. Untuk itu sabar dan terus berikhtiar. Kita tidak tahu masa depan kita. Tapi kita harus terus belajar, tekun, semangat, sabar dan berdoa."

Sempatkan Melayat Sutopo Saat Kunker ke Guangzhou, Menko Luhut : Beliau Orang Baik

Kesaksian Petugas BNPB Angkat Peti Jenazah Sutopo: Sama Sekali Gak Berat, Enteng Banget

Lalu di postingan yang kedua, Sutopo menceritakan saat dirinya hampir putus asa saat meneyelesaikan skripsi.

Ia bercerita ketika harus berbulan-bulan dalam kebingungan menyelesaikan skripsi.

Ia juga teringat dengan pesan orangtuanya agar segera lulus karena biaya kuliat terbilang mahal.

Di akhir cerita, Sutopo juga memberikan motivasi kepada para mahasiswa, khususnya mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi untuk tetap semangat.

Berikut kisah lengkapnya :

Pernahkah kalian mengalami patah semangat menyelesaikan skripsi? Lalu mengabaikan skripsi, dan akhirnya insaf untuk menyelesaikan.
.
Saya pernah mengalami itu. Gara-gara data sulit diperoleh, gagal statistik multivariat, dan permintaan dosen pembimbing juga aneh. Menyalahkan tapi tidak memberi solusi.
.
Akhirnya skripsi saya tinggalkan dengan penuh kebingungan. Mau ganti tema juga nanggung. Berbulan-bulan penuh ketikpastian dan tak ada kemajuan. .
Saat ditanya orangtua, "Kamu kapan wisuda? Jangan lama-lama kuliahnya karena biayanya mahal. Adikmu juga bayar SPPnya mahal. Apalagi adikmu kuliah di swasta lebih mahal."

.
Selalu mengingat orangtua, selalu membangkitkan semangat belajar. Membayangkan betapa bahagianya orangtua hadir di tengah wisudaku.
.
Semua itu tertuang dalam catatan di blocknote Mei 1993. 26 tahun yang lalu. Blocknote pemberian temen dari UI.
.
Jadi jangan patah semangat. Saat ada hambatan menyelesaikan skripsi. Ingst selalu orangtua. Bayangkan mereka hadir di tengah wisuda. Pasti bahagia.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved