Angka Stunting Masih Tinggi, Faktor Kesalahan Pola Asuh Mendominasi
Ia melanjutkan, tahun 2014 angka stunting sempat berada di angka sekitar 26 persen, namun hingga kini tren terus merangkak naik.
Penulis: Tsaniyah Faidah | Editor: Damanhuri
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Tsaniyah Faidah
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Ketua PB (Pengurus Besar) IDI (Ikatan Dokter Indonesia), Daeng M Faqih mengatakan, angka stunting di Indonesia berdasarkan data terakhir Riset Kesehatan Dasar masih sebesar 30,8 persen.
Angka ini jauh dari target WHO yang hanya 20 persen.
"Target WHO tidak boleh lebih dari 20 persen. Ini angka yang berat. Perlu upaya lebih keras untuk menurunkan sesuai target WHO," katanya di Taman Ekspresi Sempur, Bogor, Minggu (20/10/2019).
Ia melanjutkan, tahun 2014 angka stunting sempat berada di angka sekitar 26 persen, namun hingga kini tren terus merangkak naik.
Oleh karenanya, Daeng berharap ada kerjasama yang baik antara pemerintah dengan organisasi PKK di semua daerah.
"Dalam hal ini, paling penting adalah pencegahan, karena kalau sudah stunting meski sudah diobati, tetap tidak bisa 100 persen normal," kata dia.
Pencegahan bisa dilakukan mulai usia remaja yang mau melakukan pernikahan.
Bagi perempuan yang ingin menikah, katanya, tidak boleh terkenal infeksi.
Begitupun bagi yang sudah menikah, dibekali pencegahan dengan cara merawat kehamilan dan mengajarkan pola asuh saat anak sudah lahir.
"Mencegah juga lebih murah biayanya, dibanding jika sudah terkenal stunting, butuh banyak biaya pengobatan," jelasnya.
Daeng menjelaskan, penyebab stunting ada dua faktor, pertama adalah faktor gizi, yang terdiri dari pola asuh dan kemiskinan.
"Dalam kasus ini, kesalahan pola asuh paling banyak," kata Daeng.
Selain itu, faktor kedua adalah terjadi infeksi terhadap remaja atau perempuan yang hendak menikah.
Oleh karenanya, ia menyarankan jika terjadi sesuatu, segera diobati, terutama bagi ibu hamil.