Hidup Tanpa Listrik 10 Tahun di Jakarta, Kudus Bertahan di Rumah Ini : Untuk Makan Saya Ngamen

Kudus, warga Tambora Jakarta Barat sudah 10 tahun hidup tanpa listrik di rumahnya. Kudus tetap bertahan.

Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Kudus, warga Jalan Kalianyar X RT 2/7, Tambora, Jakarta Barat yang hidup tanpa listrik 10 tahun terakhir, Jumat (1/11/2019) 

Kepada TribunJakarta.com, Kudus menceritakan tentang kehidupannya yang bertahan tinggal di rumah tanpa ada Listrik.

Kudus yang usianya sudah kepala lima ini belum berumah tangga.

"Jangankan kepikiran istri, Listrik aja enggak mampu bayar sampai diputus. Saya juga cuma kerja jadi. Jadi faktor ekonomi yang buat saya sudah enggak kepingin menikah," ungkap Kudus kepada TribunJakarta.com.

Walau begitu, Kudus mencoba tetap tegar dan mensyukuri apapun yang ada dalam hidupnya.

"Yang penting jangan mengharapkan belas kasihan. Walaupun enggak mampu untuk makan tetap harus bekerja," tuturnya.

Dulu, ketika kedua orang tuanya masih hidup, kehidupan Kudus beserta keluarganya terbilang berkecukupan.

"Bapak saya PNS di Dinas Kebersihan. Kemudian beliau meninggal sekira tahun 1997 karena penyakit diabetes. Tapi sebelum Bapak meninggal, Ibu saya lebih dulu meninggal karena penyakit asma," ucapnya di lokasi, Jumat (1/11/2019).

Usai orang tuanya meninggal, Kudus memutuskan untuk mencari pekerjaan hingga akhirnya ia diterima menjadi Cleaning Service di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.

"Sejak orang tua meninggal mulai terasa perubahan ekonominya. Tapi saat itu saya masih kerja jadi CS di Monas mulai tahun 2000-2009," sambungnya.

Selama ia bekerja, penghasilannya hanya cukup untuk transport dan makan sehari-hari saja.

Sehingga rumahnya yang merupakan bangunan tua dan tak pernah ia renovasi.

"Rumah ini bangunan tua dan dihuni bertiga, saya, adik saya (Sunarya dan Wanda). Nah waktu itu pernah dapat bantuan dari Yayasan Gafatar di tahun 2007 karena rumahnya mau roboh. Tapi renovasi sekedarnya saja karena lokasi yang seperti ini juga," ungkapnya.

Kendati demikian, pada saat itu, rumah Kudus masih dialiri Listrik meskipun hanya sebatas menumpang dengan tetangga.

Sehingga ia membayar sebesar Rp 15-20 ribu untuk pasokan Listrik tersebut.

"Terakhir itu tahun 2009 saya kerja. Selepas saya enggak kerja, ya sudah Listriknya siapa yang mau bayar akhirnya di putus. Saklar dan yang berhubungan dengan Listrik juga sudah enggak ada," ungkapnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved