Pengamat Sebut Teroris Tak Bisa Dilihat dari Pakaian, Tapi Diamati dari Interaksi Sosialnya

pengamat Harits Abu Ulya menegaskan pakaian tak menjadi dasar penilaian seorang itu teroris atau tidak

Editor: Yuyun Hikmatul Uyun
Kompas.com
FOTO ILUSTRASI-Petugas Densus 88 tengah berjaga di sekitar rumah terduga teroris di Kawasan Perumahan Kunciran Indah, Pinang, Tangerang, Banten, Rabu (16/05/2018). Sejumlah barang bukti dan tiga orang terduga teroris telah diamankan tim Densus 88 Antiteror Polri.(KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI) 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Kepolisian memastikan seorang laki-laki yang mengenakan atribut jaket ojek online sebagai pelaku bom bunuh diri di Medan, Sumatera Utara, Rabu (11/13/2019) pagi.

Ini tentu menjadi sesuatu yang baru di tengah masyarakat, karena pelaku bom bunuh diri biasanya identik mengenakan atribut pakaian yang identik dengan agama tertentu.

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) dari Harits Abu Ulya.

Ia menegaskan pakaian atau atribut yang dikenakan seseorang tidak dapat menjadi dasar penilaian apakah dia akan melakukan tindak radikalisme atau tidak.

"Enggak ada paramater artificial dari fesyen seseorang," kata Harits melalui pesan WhatsApp, Rabu (13/11/2019) siang.

59 Link Kementerian dan Lembaga Pusat yang Telah Umumkan Formasi CPNS 2019, Lengkap Syaratnya

Pelaku Bom Bunuh Diri di Medan Pakai Atribut Ojek Online, Driver Ojol Bogor Buka Suara

Lirik Lagu On My Way, Lily dan Faded - Download Lagu Alan Walker Hits di PUBG Mobile

Hal ini kemudian membuat masyarakat tidak dapat menganalisis "calon pengantin" atau calon pelaku bom bunuh diri hanya dengan sekejap mata dari pakaiannya.

Harits menyebut, semua itu baru bisa diketahui melalui interaksi dan pengamatan mendalam lain yang dilakukan dengan orang yang bersangkutan.

"Tidak ada alat scanner terhadap pikiran orang kecuali dengan interaksi dengan orang tersebut dan komunikasi untuk elaborasi mindset-nya. Baru diketahui kadar 'bias dan kerasnya' seseorang," jelasnya.

Sedang Berlangsung Live Streaming Timnas U-23 Indonesia Vs Iran, Akses di Sini

Sederet Keutamaan Baca Surat Al Kahfi Pada Malam Jumat dan Hari Jumat

Itu baru untuk mendeteksi isi pikiran, sementara untuk sampai pada titik kebulatan tekat untuk melakukan aksi, Harits menyebut masih membutuhkan proses pengamatan lebih lanjut.

"Dan dari pikiran untuk menjadi aksi fisik butuh monitoring intens lebih lagi. Intinya itu fungsi intelijen untuk melakukan elisitasi agar tereksplor isi mindset-nya," ujar Harits.

Oleh karena hal inilah, masyarakat tidak seharusnya terlalu cepat menilai orang asing yang mengenakan atribut tertentu sebagai seseorang yang lekat kaitannya dengan terorisme atau radikalisme.

Namun, bukan berarti juga ia lengah dan hilang waspada saat berdekatan dengan orang yang tidak dikenal, apalagi jika dirasa telah menunjukkan gelagat aneh. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengamat: Pelaku Terorisme Bisa Dikenali dari Pola Interaksinya", https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/13/160000365/pengamat--pelaku-terorisme-bisa-dikenali-dari-pola-interaksinya.
Penulis : Luthfia Ayu Azanella
Editor : Resa Eka Ayu Sartika

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved