Kehebatan Sagu Dibanding Nasi Putih, Bebas Gluten hingga GI rendah
Makanan kekinian yang terbuat atau berbahan dasar gandum memiliki kandungan gluten yang tinggi.
"Lalu, di usus besar itulah akan menjadi sumber makanan bagi bakteri-bakteri baik, dan sangat spesifik pati sagu itu akan menjadi produksi asam lemak rantai pendek," imbuhnya.
Beberapa asam lemak rantai pendek itu seperti short-chain fatty acid (SCFA), hidrogen, metana, karbon dioksida, dan sejumlah energi (0-3 kalori per gram), dikutip dari buku Sagu Papua untuk Dunia.
Asam lemak rantai pendek hasil fermentasi mikroba (bakteri) tersebut cepat diserap ke hati dan bisa menghambat sintesis kolesterol di dalamnya.
Selain itu, senyawa di usus besar ini bermanfaat sebagai probiotik yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi risiko terjadinya kanker usus, kanker paru-paru dan kegemukan, serta mempermudah buang air besar.
Indeks glikemik (GI) rendah
GI merupakan angka yang menunjukkan seberapa cepat karbohidrat suatu makanan berubah menjadi gula di dalam darah.
Makin tinggi GI, perubahan karbohidrat (pati) menjadi gula juga semakin cepat.
Rendahnya GI sagu terkait dengan tingginya pati resisten bahan pangan ini, karena pencernaan makanan berbahan sagu ini lambat di saluran pencernaan, menyebabkan terjadinya penurunan laju penyerapan glukosa dalam usus juga.
Hal ini dianggap penting karena jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, dan penderita diabetes diharuskan menjaga kadar gula dalam darah tetap stabil dengan mengonsumsi makanan ber-GI rendah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Kehebatan Sagu Dibanding Nasi, dari Bebas Gluten hingga GI rendah"
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Shierine Wangsa Wibawa