Hentikan Debat soal UN, Sophia Latjuba Bikin Penonton Mata Najwa Riuh : Bukannya Raport Udah Cukup?

Sophia Latjuba sampaikan pernyataan yang menuai perhatian saat menjadi narasumber program Mata Najwa yang dipandu Najwa Shihab.

Penulis: Mohamad Afkar S | Editor: Soewidia Henaldi
YouTube Najwa Shihab
Sophia Latjuba saat menjadi narasumber program Mata Najwa yang dipandu Najwa Shihab membahasa soal wacana penghapusan Ujian Nasional. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Hadir di program Mata Najwa bahas wacana penghapusan Ujian Nasional (UN), Artis Sophia Latjuba sampaikan pernyataan yang menuai perhatian.

Sophia Latjuba hadir sebagai Tokoh Publik Peduli Pendidikan.

Dalam program yang dipandu Najwa Shihab ini, Sophia Latjuba ikut bersuara terkait wacana penghapusan Ujian Nasional.

Lewat sejumlah pernyataanya, Sophia Latjuba tampak setuju dengan langkah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Sophia Latjuba bahkan mendapat respons bagus dari penonton atas pernyataan yang dilontarkannya dalam program Mata Najwa ini.

Misalnya saja ketika dirinya menanggapi pembahasan terkait seleksi masuk sekolah SMP maupun SMA.

Mulanya, Sophia Latjuba memotong perdebatan antara Anggota Komisi X DPR Fraksi Gerindra, Sudewo dengan Komisioner KPAI, Retno Listyarti.

Arti Mimpi Menangis di Depan Makam, Pertanda Akan Menikah? Ini Kata Ustaz Abdul Somad

Donald Trump Dimakzulkan DPR, Dua Presiden AS Ini Juga Pernah Bernasib Sama

Bela-belain Pulang dari RS Cabut Selang Infus, Agnez Mo Sabet Gelar Musisi Perempuan Terfavorit

Jumlah Penambahan Penerbangan ke Bali Turun Drastis di Natal dan Tahun Baru 2020

Perdebatan tersebut berawal dari Sudewo mempertanyakan bagaimana bentuk seleksi masuk sekolah bila Ujian Nasional dihapus.

"Yang saya pertanyakan bentuk seleksinya apa, kalau UN tidak ada?" ucap Sudewo seperti dikutip TribunnewsBogor.com dari tayangan Youtube Najwa Shihab, Kamis (19/12/2019).

Pertanyaan Sudewo itu langsung dijawab oleh Plt Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Totok Suprayitno.

Totok menjelaskan bahwa dalam penerimaan siswa sekolah SMP dan SMA dapat dikategorikan menjadi sistem zonasi, prestasi dan afirmasi.

"Nanti ada minimal 50 persen penerimaan siswa berbasiskan pada zonanya, kemudian sisanya afirmasi anak yang mendapat kartu Indonesia Pintar (KIP) dari keluarga kurang beruntung, kemudian maksimal sampai 30 persen anak yang berprestasi," jelas Totok.

Komisioner KPAI tanggapi soal hapus UN buat siswa jadi lembek
Komisioner KPAI tanggapi soal hapus UN buat siswa jadi lembek (Youtube Najwa Shihab)

Ia pun menejelaskan, dalam meluluskan siswa, sekolah tidak hanya sekadar memberikan nilai akademik saja namun juga menyangkut kemampuan spesifik siswa.

Begitu juga dalam penerimaan siswa baru. Pihak sekolah tak hanya mempertimbangkan besarnya nilai dalam menerima siswa baru.

"Yang diberikan oleh guru, sekolah untuk meluluskan anak-anak tidak hanya nilai tapi bisa portofolio siswa," ujarnya.

"Kemudian kemampuan spesifik siswa jago olahraga, jago nari, jago melukis itu masuk portofolio siswa bisa jadi pertimbangan, tidak hanya dari prestasi saja," tambahnya.

Gibran Maju Pilkada Solo, Pengamat Singgung Soal Kemampuan: Tak Semudah Kelola Usaha Martabak

UN Dihapus Siswa Jadi Lembek, KPAI Sebut Ketidakadilan: Orang Kaya Bisa Bayar Bimbel, yang Miskin?

Paula Verhoeven Kram Perut dan Sesak Nafas, Baim Wong Panik Lari ke Rumah Sakit: Pembukaan Satu !

Tanggapi Wiranto Mundur dari Dewan Pembina Hanura, OSO: Sudah Tidak Ada Sejak Munas Solo

Namun menurut Sudewo, proses penerimaan seperti itu dinilai tidak menjamin objektif.

"tidak menjamin seleksi itu objektif. Bisa karena dia punya akses ke sekolah tersebuy, bisa karena punya uang, bukan karena prestasinya yang tinggi," ucapnya.

Pernyataan politikus Gerindra itu pun langsung ditanggapu oleh Retno Listyarti.

Retno menjelaskan bahwa pendidikan adalah hak dasar yang harus dipenuhi negara.

"Atas dasar itu sistem zonasi sebenarnya berkeadilan, di mana seorang anak itu bisa sekolah dimanapun tanpa melihat Ujian Nasional, tanpa melihat yang lain, tetapi karena memang jarak, yang kedua kemampuan yang tidak hanya kecakapan akademik," jelasnya.

Belum selesai berbicara, Sudewo tampak langsung hendak menanggapinya.

Namun yang terjadi justru perdebatan keduanya terhenti setelah Sophia Latjuba berbicara.

Sophia Latjuba nampak menyoroti ucapan Sudewo yang mempertanyakan bentuk seleksi penerimaan siswa bila tidak ada Ujian Nasioanal.

Sophia Latjuba juga tampak sekaligus meneruskan apa yang sebelumnya dijelaskan Totok maupun Retno.

"Sorry ya ini, simplify, bukannya rapot udah cukup ?" ucap Sophia Latjuba.

Sophia Latjuba
Sophia Latjuba (instagram)

"Rapot sekolah, yang diberikan sekolah, apapun adalah hasil pembelajaraan si anak selama 6 tahun, 3 tahun, itu kan sudah cukup oleh SMP SMA, melihat, oh ini anak berkompetensi di sini kita bisa terima, kenapa harus Ujian Nasional, saya ga ngerti lho," tambahnya Sophia Latjuba.

Sontak pernyataan Sophia Latjuba itu disambut tepuk tangan penonton.

Terlihat beberapa narasumber pun tersenyum setelah mendengar pernyataan Sophia Latjuba.

Terlepas dari hal itu, Peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, Anindito Aditomo justru menyoroti hal lain terkait Ujian Nasioanl maupun seleksi penerimaan siswa ini.

Begini Cara Bikin Kolase Foto untuk di Instagram Story, Gampang Banget !

Bela-belain Pulang dari RS Cabut Selang Infus, Agnez Mo Sabet Gelar Musisi Perempuan Terfavorit

Pacaran LDR Jakarta-Jerman dengan Titi Kamal, Christian Sugiono Jadi Buruh Pabrik Demi Beli Tiket

Donald Trump Dimakzulkan DPR, Dua Presiden AS Ini Juga Pernah Bernasib Sama

Menurutnya, persoalan yang sebetulnya harus diperhatikan adalah soal jumlah sekolah.

"Problem yang muncul, karena negara belum mencukupi jumlah sekolah, jadi yang harus dituntut adalah negara untuk memenuhi kewajibannya," singkatnya.

TONTON VIDEONYA :

UN dihapus buat siswa lembek?

Rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim soal penghapusan Ujian Nasional ( UN) memantik komentar banyak pihak.

Bahkan, penghapusan UN ini pun menjadi tema di acara yang dipandu Najwa Shihab, Mata Najwa, Rabu (18/12/2019) berjudul 'Menguji Ujian Nasional'.

Mantan Wapres RI, Jusuf Kalla memberikan tanggapan bahwa penghapusan UN ini akan menjadikan generasi muda yang lembek.

"Ya, jangan menciptakan generasi muda yang lembek, agar semua belajar, dan pentinglah itu," kata Jusuf Kalla saat ditemui seusai mengikuti pengukuhan Guru Besar Haedar Natsir di Sportorium UMY, Kabupaten Bantul, Kamis (12/12/2019).

Najwa Shihab pun lantas bertanya kepada beberapa narasumbernya, seperti pihak KPAI, anggota DPR RI, terkait rencana UN yang dihapus dan diganti oleh Nadiem Makarim.

"Apa betul kekhawatiran pak Jusuf Kalla jika UN diganti akn menciptakan generasi muda yang lembek?" tanya Najwa Shihab, dilansir TribunnewsBogor.com.

Nadiem Makarim Tetapkan Program Merdeka Belajar, Termasuk Hapus Ujian Nasional

Semprot Nadiem Makarim, Fahri Hamzah: Perdebatan Kalian di Pusat Bikin Orang Kampung Pesimis

4 Manfaat Minum Air Jahe, Bisa Bantu Menurunkan Berat Badan

Anggota komisi X DPR RI fraksi Gerindra, Sudewo menanggapi setuju atas pernyataan Jusuf Kalla yang menyebut penghapusan Ujian Nasional itu membuat siswa jadi lembek.

Karena menurutnya jika tidak ada UN, maka tidak akan tantangan untuk para siswa.

"Saya sangat setuju dengan pendaopat Pak Jusuf Kalla. Coba dibayangkan kalau tidak ada Ujian Nasional, maka tidak ada tantangan bagi siswa.

Coba ditanya kepada para siswa, mayoritas pasti suka ria kalau ujian Nasional dihapus. Tetapi itu membentuk karakter yang tidak bagus, mentalnya jadi lembek, tidak ada nilai juang," papar Sudewo

Tak hanya itu, menurut Sudewo Ujian Nasional ini pun akn membentuk karakter siswa yang punya semangat berjuang dalam hal belajar dan juga kedisiplinan.

"Meskipun punya kekuatan fisik, mental belum tentu. Maka dengan adanya Ujian Nasional, anak-anak memiliki nilai juang, semangat tinggi, etos belajar, kedisiplinan," tambahnya.

Jadwal Lengkap Liga Inggris Pekan ke-18 Live TVRI, Ada Big Match Tottenham Hotspur Vs Chelsea

Sosok Istri Siksa Suami Stroke hingga Berdarah, Diduga Stres Menikah Siri, Minta Cerai Tuntut Rp 1M

Namun Najwa Shihab pun menyebutkan pendapat dari para sisswa.

"Tapi mereka pada stres tuh pak, nilai juang apa stres?" tanya Najwa Shihab.

Ditanya seperti itu, Sudewo lantas memaparkan soal adanya daya saing yag harus dimiliki sang anak yang bisa dimulai dari UN.

"Anak-anak menghadapi Ujian Nasional aja stres, coba dibayangkan aklau Indonesia ini harus menciptakan anak dnegan daya saing tinggi. Daya saingnya itu pun harus di tingkat global.

Dalam proses dia belajar untuk UN, itu proses untuk membangun mental dia, untuk mempunyai semangat saing di tingkat Internasional," imbuh Sudewo.

Mengenai soal tingkat stres siswa dalam mengahdapi UN, maka itu akan menjadi PR tersendiri bagi pemerintah.

Sehingga, menurut politisi Partai Gerindra ini sebaiknya UN itu jangan dihapus dan tetap dijadikan standar.

"Pemerintah juga haris mengakomodir kesetresan anak-anak, tetap happy punya semanagat untuk belajar. Tapi Ujian Nasional ini tetap diberlakukan sebagai standar secara nasional," ujar Sudewo.

7 Jam Setelah Dilantik Jadi Kepala Desa Sukaraja Bogor, Dede Iskandar Meninggal Dunia

Sosok Istri Siksa Suami Stroke hingga Berdarah, Diduga Stres Menikah Siri, Minta Cerai Tuntut Rp 1M

Menanggapi ucapan anggita DR RI Sudewo, Sophia Latjuba yang merupakan artis tak setuju.

Pasalnya, Indonesia berada di peringkat yang cukup rendah dalam hal sistem pendidikan.

"Kalau membentuk manusia lembek, kenapa Indonesia ada di urutan 72 dari 76 sistem pendidikan kita, Setelah 15 tahun Ujian Nasional," ucap Sophia Latjuba.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved