Ibu di Samarinda Aniaya 3 Putrinya dengan Balok dan Piring, Anak: Kami Ingin Dipeluk dan Disayang
Perlakuan itu dia alami bersama adiknya yang kini berusia tujuh tahun dan kakaknya yang kini berusia 27 tahun.
Karena kecapean, kadang setelah sampai rumah, ayahnya langsung tidur.
RM tak berani melapor kejadian itu ke polisi.
Hingga satu ketika, dia dipertemukan dengan tim reaksi cepat pelindungan anak lewat media sosial.
Koordinator Tim Reaksi Cepat Perlindungan Anak (TRCPA) Kaltim, Rina Zainun menceritakan, awalnya tak tahu RM mengalami kekerasan dari ibu kandungnya.
Keduanya dipertemukan saat Rina memberi komentar di Facebook atas postingan link berita kasus bunuh diri anak.
Kala itu, kata Rina, RM ikut memberi komentar atas status itu. Komentar RM meminta saran dari Rina atas kejadian yang dialami.
"Anak ini, komentarnya minta saran. Dia tanya, 'bagaimana cara mengajak ibu ngobrol?. Melihat isi komentar ini, felling saya enggak enak. Jadi saya ajak berteman di Facebook, lalu kami komunikasi lewat pesan singkat. Ku ajak dia bicara baik-baik, akhirnya dia curhat semuanya," terang Rina.
Setelah mendengar curhat RM, TRCPA langsung mengajak diskusi ketiga anak ini.
TRCPA meminta bukti. RM kemudian menunjukkan semua bekas pukulan, hingga bukti pesan singkat via WhatsApp RM dengan kakaknya tentang bagaimana kekerasan ibunya ke ketiga anak ini.
Akhirnya, tim memutuskan akan menjadwalkan bertemu dengan ibu kandungnya guna mendudukkan kasus.
Jika ibunya tak bisa menghentikan kekerasan, maka tim akan melapor polisi.
"Nanti kami mau ketemu ibu dari para korban ini dulu. Baru kami bisa sampaikan hasilnya," kata Rina menutup wawancara dengan Kompas.com.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Selama 8 Tahun Seorang Ibu di Samarinda Aniaya 3 Anaknya dengan Balok dan Piring Tanpa Alasan"
Penulis : Kontributor Samarinda, Zakarias Demon Daton
Editor : David Oliver Purba