Info Kesehatan
Bahaya ! Hentikan Cuci Darah bagi Penderita Ginjal Kronis Bisa Sebabkan Kematian
hemodialisis merupakan salah satu terapi penyakit ginjal kronis yang dilakukan oleh banyak pasien di Indonesia.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Terap hemodialisis atau cuci darah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat.
Ahli juga menyebutkan bahwa orang yang sudah pernah melakukan hemodialisis, maka terapi itu harus dilakukan seumur hidup.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan, drg Saraswati.
Untuk diketahui, hemodialisis merupakan salah satu terapi penyakit ginjal kronis yang dilakukan oleh banyak pasien di Indonesia.
Hemodialisis dilakukan untuk membuang limbah berbahaya di dalam tubuh, karena ginjal telah mengalami gangguan fungsi untuk memisahkan darah dan zat berbahaya melalui urin.
Terapi hemodialisis umumnya dilakukan dua atau tiga kali dalam seminggu.
• UPDATE Terbaru: 5 Orang Pasien Covid-19 di Indonesia Sembuh
• Motif Janin Bayi Dibuang di Toilet Parkiran Mal, Pelakunya Ternyata Wanita Pegawai Ini
Pasien harus datang ke rumah sakit untuk melakukan terapi ini. Ironisnya, karena terapi ini harus dilakukan rutin dan seumur hidup oleh orang yang memiliki penyakit ginjal kronis.
Akan tetapi, diakui Saraswati, tidak sedikit pasien yang merasakan kejenuhan atau bosan hingga ingin menyerah dalam berjuang melawan penyakitnya agar bisa terus bertahan hidup.
"Tapi kalau tidak cuci darah, kerusakannya (organ ginjal) bertambah parah. Ya meskipun itu ( hemodialisis) membuat pasien merasa bosan pasti," kata Saraswati dalam acara bertajuk Ginjal Sehat untuk Semua Dimana Saja, Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Tingkat keparahan orang dengan penyakit ginjal kronis menghentikan hemodialisis adalah terjadi sindrom uremia, yaitu di dalam darah terbentuk toksin atau racun.
Jika racun ini sudah terlanjur menumpuk sebelum dilakukan pengobatan lainnya, maka inilah yang bisa menyebabkan kematian pada pasien.
• Kronologi Pasien Positif Covid-19 Kabur dari Ruang Isolasi RSUP Persahabatan, Padahal Sudah Dibujuk
• BREAKING NEWS - Kasus Virus Corona di Indonesia Tembus Angka 69 Orang, 2 Orang Diantara Balita
Usia muda juga berisiko hemodialisis
Seringkali pasien yang terlihat dan ketahuan rutin melakukan terapi hemodialisis adalah mereka yang sudah usia lanjut.
Kata Saras, hal ini mengindikasikan seolah penyakit gagal ginjal yang butuh terapi hanyalah kaum lansia.
Padahal, orang usia muda saat ini juga tidak dapat lepas dari risiko penyakit tidak menular tetapi berbahaya yang satu ini.
Hanya saja, diakui Saras, seseorang yang mengidap penyakit gagal ginjal atau ginjal kronik di usia muda cenderung tidak memiliki gejala.
Sehingga orang usia muda malas untuk melakukan cek Kesehatan rutin.
"Bukan berarti usia muda tidak bakal kena penyakit berisiko itu, ya tapi kalau gak bergejala memang mereka malas untuk cek, tapi kita perlu cek rutin," ujar dia.
• Dinas Kesehatan Kota Bogor Tetapkan Siaga 1 DBD
• Pemkab Sukabumi Tetapkan Tanggap Darurat Bencana Gempa Magnitudo 5, Puluhan Polisi Siaga Tiap Hari
Usia muda berisiko mengidap penyakit ginjal kronis seiring dengan tingginya prevalensi hipertensi, obesitas, dan diabetes di kalangan muda.
Ketika hipertensi, obesitas dan diabetes ini tidak ditekan atau dikendalikan, maka cenderung memicu komplikasi dan menimbulkan penyakit di organ-organ vital lainnya termasuk sakit ginjal.
"Kalau sudah tahu punya risiko, entah ada gejala, gak ada gejala, cek saja. Kalau baik ya alhamdulillah, kalau enggak bisa early treatment biar gak sampai hemodialisis," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hentikan Cuci Darah pada Pasien Ginjal Kronis Bisa Sebabkan Kematian", https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/13/190400223/hentikan-cuci-darah-pada-pasien-ginjal-kronis-bisa-sebabkan-kematian.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Sri Anindiati Nursastri