Virus Corona di Bogor

Suara Hati Tukang Becak di Kota Bogor yang Terdampak Corona : Dapat Rp 10 Ribu Aja Bersyukur

Adanya imbauan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah membuat penghasilan tukang becak berkurang drastis.

TribunnewsBogor.com/Tsaniyah Faidah
Herman (63) seorang tukang becak di kawasan Taman Topi, Kota Bogor yang dua hari ini pulang ke rumah tanpa membawa uang. 

Uang hasil penjualan tersebut, ia gunakan untuk makan seadanya.

"Udah kejual galon sama kompor. Belum aja baju-baju kita jual untuk makan," kata dia yang sudah 5 tahun menjadi tukang becak di Taman Topi.

UPDATE Sebaran Covid-19 Indonesia: Total Positif Corona 1285, DKI Jakarta Tembus 675, Ini Rinciannya

Pulang ke Kampung Halaman, Ini yang Dilakukan Kiper PS Tira Persikabo Syahrul Trisna Fadillah

Herman yang masih menghidupi istri dan anak bungsunya yang masih duduk di bangku kelas 3 SD itu mengaku ikut prihatin dengan kondisi dunia akibat pandemi corona ini.

Namun ia tak memungkiri imbas dari keputusan pemerintah untuk isolasi diri di rumah cukup membuat ia dan rekan seprofesinya terpuruk.

"Jarang banget pulang bawa uang. Sekali dapat uang Rp 10 ribu. Biasanya saya belikan nasi untuk dimakan berdua istri dan anak. Ngopi aja saya ngutang, untung orangnya ngerti," jelas Herman.

Sebetulnya, ia mendukung pemerintah apabila harus diberlakukan karantina wilayah atau isolasi di rumah.

Ia percaya apa yang dilakukan pemerintah adalah sebuah usaha untuk mengembalikan Indonesia kembali seperti sebelum wabah ini muncul.

UPDATE Covid-19 di Kabupaten Bogor, Dua Pasien Positif Corona Dinyatakan Sembuh

Namun ia berharap pemerintah menengok ke masyarakat kelas bawah yang pendapatan hari ini digunakan untuk makan hari ini.

"Kalau mau lockdown, lockdown saja lah tidak apa. Tapi pikirkan juga nasib kami gimana. Tidak dapat penghasilan, berarti kami tidak makan," ujarnya.

Herman mengaku saat ini hanya memasrahkan hidupnya pada Tuhan, meski ancaman virus corona berada di mana-mana.

Pasalnya, jika ia tidak keluar satu hari saja untuk berusaha mencari penumpang, ia tak bisa memberi keluarganya nafkah.

"Gimana ya, kalau begini terus, kami bukan mati karena virus corona, tapi mati karena kelaparan," ucap dia.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved