Teror Virus Corona

Ridwan Kamil Sebut Virus Corona Mati 7 Jam Setelah Pasien Meninggal: Lawan Provokasi Tanpa Ilmu

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil harap tak ada warga yang menolak pemakaman jenazah Covid-19.

Tribunnews/Irwan Rismawan
Petugas mengangkat jenazah pasien virus corona atau Covid-19 yang meninggal untuk dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (25/3/2020). Pemprov DKI Jakarta menyediakan dua taman pemakaman umum (TPU) untuk pasien virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni TPU Tegal Alur dan TPU Pondok Ranggon. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta warga tidak menolak jenazah Covid-19 untuk dimakamkan di sekitar tempat tinggal.

Ia juga meminta warga agar tidak merasakan takut yang berlebihan sehingga mengorbankan jenazah.

Menurut Ridwan Kamil, ilmu dan pengetahuan adalah dasar dari penanganan Covid-19.

Ia meminta warga tidak terpovokasi dengan informasi yang tidak benar.

Bahwa menurutnya, virus corona akan mati tujuh jam setelah pasien meninggal dunia.

Hal itu disampaikan Ridwan Kamil sambil menyertakan screen shoot artikel berita soal penolakan jenazah di beberapa daerah.

Ia juga menyertakan artikel berjudul 'Virus Corona di Tubuh Akan Mati Setelah 7 Jam Pasien Meninggal'.

Untuk itu, Ridwan Kamil berharap tak ada lagi penolakan terhadap proses pemakaman jenazah pasien Covid-19.

Menurutnya, warga tak perlu merasakan takut berlebihan.

"ILMU & PENGETAHUAN adalah panglima dan dasar dalam setiap keputusan terkait penanganan Covid-19 ini.

Kasus Covid-19 Bertambah, Arab Saudi Tutup Penuh Makkah dan Madinah

Cegah Virus Corona Menyebar, Pria Ini Nekat Jadi Hantu Takuti Warga, Terkejut saat Didatangi Polisi

TIDAK BOLEH ada lagi penolakan pemakaman pasien Covid-19.

Virus mati 7 jam setelah pasien meninggal dunia.

Tidak perlu khawatir berlebihan," tulisnya.

Ridwan Kamil juga mengajak warga untuk saling berempati pada sesama yang sedang berduka.

Ia juga mengajak untuk sama-sama melawan provokasi tanpa dasar ilmu.

"Mari saling mendukung.

Mari saling berempati kepada mereka yang sedang berduka.

Sila ke 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab harus kita terapkan.

Kita lawan provokasi tanpa dasar ilmu.

Kita gunakan prinsip waspada rasional, bukan waspada emosional.

Insya Allah #KitaPastiMenang," tulisnya.

Tanggapi PSBB Demi Cegah Corona, Fadli Zon Lihat Ada Semacam Ketegangan Antara Daerah dan Pusat

Mudik ke Wonogiri karena Wabah Virus Corona, Pria Ini Pergoki Istri Selingkuh dengan Kepala Desa

Kata Aa Gym

Para ulama di Jawa Barat berharap tak ada penolakan masyarakat terhadap proses pemakaman jenazah para pasien Covid-19.

Mereka memastikan, proses penanganan jenazah telah sesuai standar kesehatan dan syariat Islam.

Dilansir dari Kompas.com, Pendiri Ponpes Daarut Tauhiid Abdullah Gymnastiar meminta masyarakat tidak memberi stigma kepada jenazah Covid-19.

Menurutnya, selama perlakuan jenazah dan pemakaman sesuai protokol kesehatan dan syariat, semua proses pemakaman aman.

"Kalau prosedur pengelolaan jenazah itu sudah standar dengan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan juga sesuai dengan standar syariat islam, itu benar-benar sudah aman," kata Aa Gym, sapaan akrabnya, Jumat (3/4/2020).

Aa Gym
Aa Gym (Surya)

Dengan begitu, kata Aa, tak ada alasan bagi masyarakat untuk menolak pemakaman jenazah pasien Covid-19.

Ia menegaskan, penghormatan kepada jenazah sangat dianjurkan.

Sebab, mengurus jenazah dengan baik hukumnya wajib bagi umat Islam.

"Ketika wafat dimandikannya saja harus dengan lemah lembut, dibersihkan dari segala kotoran, diwudukan, dikafani, ini pada umumnya, ya, saking derajat manusia itu dimuliakan walaupun sudah wafat," katanya.

Ia pun mengaku prihatin ketika mendengar adanya terjadi penolakan pemakaman jenazah Covid-19 di sejumlah daerah.

Bantu Penuhi Persediaan Stok Darah PMI, Anggota Korem 061/Suryakancana Sumbangkan Darahnya

Sikap Tak Terduga Nia Ramadhani pada Penumpang Kereta, Jessica Iskandar: Hati Kamu Secantik Wajahmu

Menurut dia, penolakan timbul karena minimnya informasi yang diterima masyarakat soal Covid-19, khususnya protokol pemulasaran jenazah Covid-19.

"Bisa dibayangkan pedihnya keluarga, sudah wafat tidak bisa dekat, tidak bisa mengurus jenazah dengan baik, lalu masyarakat bersikap seperti ini. Jadi memang sebaiknya lebih agresif dalam memberikan sosialisasi, sehingga tidak terulang lagi peristiwa seperti ini," tuturnya.

Pembina Yayasan Dakwah Percikan Iman Aam Amiruddin mengatakan, pada hakikatnya kematian meruapakan rahasia ilahi baik waktu maupun sebabnya.

"Saudara-saudara kita ada yang sebab kematiannya kena musibah Covid-19, nanti ada yang karena kecelakaan, kita tidak tahu sebab kematian seseorang itu apa. Yang jelas itu qodarullah, tidak ada musibah yang menimpa kecuali atas izin Allah," kata Aam.

Dengan situasi saat ini, sambungnya, masyarakat justru harus saling meringankan beban satu sama lain.

"Allah pasti menolong hambanya selama hamba itu menolong orang lain. Saudara-saudara kita yang wafat karena Covid-19 itu ditangani mengikuti protokol keselamatan dan kesehatan khusus, kemudian disterilkan, dimasukkan ke dalam peti yang juga sudah disterilkan, sehingga ketika dikuburkan Insya Allah itu sudah aman tidak mungkin menyebarkan penyakit. Itu yang membawa ke kuburannya pun menggunakan protokol keselamatan dan kesehatan," jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved