Bertahan di Tengah Covid-19, Kebun Binatang Potong Rusa Hingga Bebek untuk Makan Harimau dan Singa

Sebab, pengelola tidak mendapatkan pemasukan dari pengunjung yang datang ke tempat wisata itu.

Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Singa Putih di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor 

Kondisi ini, yang membuat pihak TSI melalui Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) mengirim surat kepada Kementerian Keuangan meminta keringanan pajak.

Selain itu, pihaknya juga membuka donasi melalui rekening yang nantinya akan digunakan untuk kebutuhan makanan dan perawatan kesejahteraan para satwa.

Ada sebanyak 2.600 satwa dari 270 spesies dirawat di TSI Bogor, mulai dari satwa terbesar Gajah Sumatera hingga marsupial terkecil Sugar Glider.

Kebun Binatang Bandung Korbankan Rusa

Manajemen Kebun Binatang Bandung bakal mengorbankan rusa untuk makanan hewan jenis karnivora.

Langkah itu diambil jika biaya operasional pakan satwa terus menyusut.

Koleksi Kebun Binatang Bandung
Koleksi Kebun Binatang Bandung (tribunjabar/istimewa)

Humas Kebun Binatang Bandung, Sulhan Syafi’i, mengatakan, setiap bulan biaya operasional untuk pakan seluruh hewan menghabiskan hampir Rp 300 juta.

Sejak pendemi Covid-19, Kebun Binatang Bandung terpaksa menutup operasionalnya.

Anggaran yang dimiliki saat ini, kata dia, hanya cukup untuk empat bulan ke depan.

"Kami punya dana cukup sampai bulan Juli. Kalau pandemi virus corona terus berlangsung, maka kami sudah siapkan opsi-opsi. Salah satunya mengorbankan rusa untuk macan tutul atau harimau," ujar Sulhan, saat dihubungi Sabtu (2/5/2020).

Kebun binatang Bandung, kini memiliki tiga ekor macan tutul, dua ekor harimau bengala, tiga ekor singa, dan dua harimau sumatera.

Setiap ekor hewan buas itu, rata-rata per harinya membutuhkan 10 kg daging campuran sapi dan ayam.

Kebutuhan pakan hewan jenis karnivor diakui Sulhan memang paling mahal, jika dibanding buah-buahan untuk kebutuhan pakan hewan primata.

Begitu pula untuk hewan yang memakan rumput, seperti gajah, masih bisa mengandalkan suplai dari daerah Kabupaten Sumedang.

"Biasanya mereka, kan, makan sekali, besoknya tidak makan. Memang seperti itu sistem makannya. Nah sekarang kami kurangin jatahnya jadi 8 kg," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved