Info Kesehatan

Waspada, Ini Efek Berkepanjangan Bagi Kesehatan Jika Terlalu Lama Work From Home

Sebagian besar menjadwalkannya hingga akhir tahun, beberapa menjadwalkannya lebih lama lagi.

Editor: Vivi Febrianti
Engin_Akyurt/Pixabay
Ilustrasi work from home atau bekerja di rumah sebagai upaya penyebaran virus corona atau Covid-19 

Pola hidup kurang gerak juga bisa berkaitan dengan banyak masalah kesehatan, termasuk meningkatnya risiko kanker.

Namun, ruang kerja yang suportif di rumah justru dapat menunjang kesehatan pekerja.

Misalnya, membuat perencanaan waktu kerja dengan menyelipkan beberapa waktu istirahat.

Jeda itu bisa digunakan untuk beberapa hal, seperti mengajak hewan peliharaan jalan-jalan di sekitar, menyelesaikan cucian pakaian, memasak, atau sekadar peregangan.

Aktivitas-aktivitas ringan yang dilakukan dalam banyak kesempatan dalam sehari bisa membawa dampak positif terhadap fisik dan psikologis seseorang.

Misalnya, 10 menit saja melakukan naik-turun tangga dengan semangat bisa meningkatkan kapasitas paru-paru dan menambah semangat.

Para pekerja harus memiliki kemampuan untuk mengontrol jadwal kerja mereka. Perusahaan bisa membantu dengan memberi saran desain rumah atau ruang kerja serta perangkat lunak yang dapat menunjang pekerjaan mereka.

2. Lebih sedikit atau lebih banyak waktu luang?

Commuting atau aktivitas berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang biasa kita lakukan sehari-hari dari rumah ke kantor membuat kita terdampak polusi serta berisiko mengalami penyakit pernapasan atau masalah kardiovaskular.

Teorinya, bekerja dari rumah seharusnya dapat meminimalisasi risiko itu, baik terhadap fisik maupun psikologis.

Tidak melakukan perjalanan ke tempat kerja artinya menghemat biaya transportasi dan menyimpan lebih banyak waktu, dua hal krusial yang diyakini dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Namun, commuting seringkali memberikan ruang bagi para pekerja untuk membuat transisi antara peran kerja dan tidak-bekerja.

Hal ini penting terutama untuk orang-orang yang berkecimpung di pelayanan jasa yang rumit atau pekerjaan profesional lainnya.

Kehilangan waktu commuting bisa mengaburkan batasan itu dan berisiko memicu stres karena waktu kerja dan tidak-bekerja telah melebur.

Ketika batasan waktu tersebut kabur, waktu kerja berpotensi lebih panjang dan pada akhirnya dapat memicu stres, kualitas tidur yang buruk dan tekanan darah tinggi.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved