Kisruh Partai Demokrat
Sarankan Demokrat Kubu AHY Fokus Lawan Moeldoko Lewat Hukum, Yunarto Wijaya : Jangan Main Drama
Sedangkan untuk Partai Demokrat kubu KLB Sumut, Yunarto Wijaya menyarankan agar Moeldoko mundur dari KSP.
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Direktur Charta Politika Yuanrto Wijaya memberi saran pada Partai Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY ).
Yunarto Wijaya menyarankan agar kubu AHY fokus pada proses hukum.
Sedangkan untuk Partai Demokrat kubu KLB Sumut, Yunarto Wijaya menyarankan agar Moeldoko mundur dari KSP.
Saat ini Partai Demokrat diketahui pecah menjadi dua kubu.
Pendukung AHY dan pendukung Moeldoko.
"Saya pikir ada dua kacamata, secara ketatanegaraan kode etik politik memang betul bahwa seharusnya ketika ada pejabata negara terlibat konflik politik interneal partai,
kata Demokrat ada dua kubu yah,
memang alangkah baikanya pejabat negara tersebut meletakan jabatan dan fokus pada konflik politik internal," kata Yunarto Wijaya dikutip TribunnewsBogor.com dari akun Youtube Metrotv.
Hal itu bertujuan, kata Yunarto, Moeldoko tak menjadi beban bagi pemerintah.
"Sehingga tidak menjadi beban buat pemerintah ketika ada keputusan hukum ke depan,
entah pengadilan sampai MA, atau Kumham, itu dikaitkan dengan intervensi kekuasaan dikaitkan dengan tudingan ada kekausaan yang sedang bermain," kata Yunarto Wijaya.
Yunarto Wijaya juga mengatakan bila memang Moeldoko serius ingin membesarkan Partai Demokrat seharusnya mundur dari KSP.
"Kalau Moeldoko serius ingin membesarkan atau menunjukan bahwa KLB Demokrat adalah sah lebih baik meletakan jabatan sebagai KSP," kata yunarto Wijaya.
Sedangkan untuk kubu AHY, Yunarto Wijaya menyarankan sebaiknya fokus pada proses hukum.
"Tapi dari kacamata lain saya juga melihat harus Demokrat kubu AHY fokus saja pad aspek hukum yang bisa menyelesaikan kasus ini,
kalau memang merasa KLB ini abal-abal fokus pada bagaimana berkas itu disiapkan sehingga kemudian mau pengadilan atau Kumhan bisa dengan cepat memutuskan bahwa kubu AHY yang sah," kata Yunarto Wijaya.

Kubu AHY, menurut Yunarto, seharusnya tak bermain drama.
"Jangan kemudian main di level drama, kita tahulah awal jadi kasus besar ini kan sebagian besar DPP Demokrat kubu AHY ini fokus pada ada intervensi kekuasaan, ada kekuasaan yang bermain,
ini yang menyebabkan kritik seperti Yasonna Laoly keluar,
kalau kemudian anda pede dengan kubu anda dan berkas hukumnya kenapa malah melempar ke pihak ketiga kekuasaan," kata Yunarto Wijaya.
Yunarto bahkan menyebut saat ini Partai Demokrat kubu AHY justru seperti drama korea.
"Itu yang menjadikan nuansa drama, saya nyebutnya drama korea yah tadikan bahasanya melankolis sekarang dengan tangan berdarah dingin sekongkol segala macam,
yang kemudian membuat polemik ini menjadi liar sehinga seaka-akan ini pertarutngan antar rezim," kata Yunarto Wijaya.
"Kalau kubu SBY fokus pada berkas legal dan cukup pede dan melakukan langkah hukum saya pikir harusnya polemik ini tidak berkepanjangan dan bola liar," kata Yunarto Wijaya.
Melansir Tribun Wow, Menteri Hukum dan HAM (Menkumham), Yasonna Laoly buka suara soal kisruh kudeta Partai Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, Yasonna pun mengingatkan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), agar tak menuding pemerintah.
Tak hanya itu, ia juga turut menyebut nama Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Yasonna meminta Partai Demokrat mempercayakan penyelesaian keputusan sah atau tidaknya Kongres Luar Biasa (KLB) di Deliserang, Sumatera Utara, pada pemerintah.

Sebelumnya, KLB tersebut memilih Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko sebagai ketua umum.
"Kalau KLB datang kita akan menilai semua seusai AD/ART Partai Demokrat dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku," jelas Yasonna.
"Hanya saya pesan kepada seorang pengurus Demokrat kemarin."
Ia meminta agar SBY dan AHY berhenti menuding pemerintah terlibat dalam upaya kudeta tersebut.
"Tolong SBY dan AHY jangan tuding-tuding pemerintah begini, tunggu saja kita objektif kok," ujar Yasonna.
"Jangan main serang-serang yang tidak ada dasarnya."