Dampak Buruk Mutasi Baru Virus Covid-19 yang Ada di Indonesia, Pasien Sembuh Bisa Kembali Terinfeksi

Berdasarkan penelitian, katanya, varian tersebut memiliki sifat cepat menular sehingga masyarakat diminta semakin disiplin menerapkan protokol kesehat

Editor: khairunnisa
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Ilustrasi vaksinasi Covid-19 di Cibinong, Kabupaten Bogor, Rabu (24/3/2021). 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Virus Covid-19 terus bermutasi.

Setelah muncul virus B117 dari Inggris, kini muncul mutasi baru virus Covid-19 di Indonesia, yaitu E484K.

Mutasi baru ini terjadi pada berbagai varian virus Corona, yaitu B117 dari Inggris, B1351 asal Afrika Selatan, dan P1 asal Brasil.

Ahli epidemiologi Indonesia dan peneliti pandemic pada Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, mutasi baru virus Covid-19 ini dapat mengurangi efikasi vaksin.

Selain itu, katanya, dampak yang cukup mengkhawatirkan dari virus ini adalah munculnya resistensi, yaitu virus bisa bertahan dari imunitas yang ada di dalam tubuh.

"Mutasi ini disebut bisa menghindari sistim pertahanan tubuh atau imun. Sehingga mutasi virus ini menjadi lebih meningkat kemampuan dalam menginfeksi, bahkan reinfeksi," kata Dicky Budiman, saat diwawancara, Selasa (6/4).

Baca juga: Respon Menohok Amanda Manopo soal Hubungan Billy Syahputra dan Memes Prameswari : Gimmick !

Reinfeksi merupakan situasi tubuh terinfeksi kembali setelah dinyatakan sembuh.

Dicky juga menyebutkan, tubuh membutuhkan lebih banyak serum antibodi untuk mencegah infeksi pada sel tubuh akibat mutasi virus E484K ini.

Menurut Dicky, virus Corona memang mengalami mutasi setidaknya dua kali dalam sebulan.

Virus ini menjadi serius karena gampang menular karena dan kerap terlambat dideteksi.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menghindarinya. Pertama, meningkatkan kualitas dan kuantitas protocol kesehatan.

"Kita harus sangat serius meningkatkan 3T dan 5M. Nah hal lain menjadi catatan bahwa betul vaksinasi untuk varian B117 sebelumnya efektif. Kalau E484K ini masih dalam tanda tanya," katanya, terutama menjelang Ramadan dan lebaran.

"Kita belum selesai kok, dan ini bukan masih serius. Cenderung makin serius. Yang menjadi masalah lagi kita ini kapasitas deteksi masih belum memadai. Ini tidak bisa kita anggap remeh," katanya.

Baca juga: Tangis Mama Rieta Pecah Kedatangan Sosok Ini di Ulang Tahunnya, Ibunda Nagita: Ya Allah Terima Kasih

Kedua, katanya, perlu meningkatkan monitoring dan pembatasan pintu masuk.

Tidak hanya jalur udara, tapi juga darat dan laut.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved