Sabet Piala Thomas, Reaksi Kevin Sanjaya Ditanya soal Bendera Tuai Sorotan, Najwa Shihab: Kurang Ya?
Baru pertama kali mengalami hal tersebut, Kevin Sanjaya mencurahkan perasaannya kepada Najwa Shihab.
Penulis: khairunnisa | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Tak berkibarnya bendera Merah Putih di kejuaraan Piala Thomas 2020 membuat seluruh rakyat Indonesia kecewa.
Terlebih para atlet bulutangkis yang telah berjuang mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Satu di antara atlet bulutangkis yang berjuang di Thomas Cup 2021, Kevin Sanjaya mengurai curhatan terkait sanksi yang didapat Indonesia sehingga tak boleh mengibarkan bendera Merah Putih di kejuaraan dunia.
Seperti diketahui, Indonesia berhasil merebut gelar juara Piala Thomas 2020.
Penantian selama 19 tahun itu terbayar berkat perjuangan gigih para atlet bulutangkis Indonesia.
Berhasil membawa pulang Piala Thomas ke tanah air, para atlet nyatanya diliputi perasaan kecewa.
Hal itu lantaran saat mereka menerima piala dan naik ke podium, bendera Merah Putih tak boleh dikibarkan karena Indonesia kena sanksi dari WADA, badan anti doping dunia.
Baca juga: Link Live Streaming Denmark Open 2021 16 Besar : Ada 11 Wakil Indonesia Tanding Tayang di TVRI
Baru pertama kali mengalami hal tersebut, Kevin Sanjaya mencurahkan perasaannya kepada Najwa Shihab.
Dalam tayangan Mata Najwa edisi tayang Rabu (20/10/2021), Kevin Sanjaya menyebut sempat merasa ada yang kurang saat ia dan rekan-rekannya berhasil menjuarai Piala Thomas 2020.
"Kev, jadi juara, naik podium, tapi enggak ada merah putih. Beda enggak rasanya ?" tanya Najwa Shihab dilansir TribunnewsBogor.com pada Kamis (21/10/2021).
"Beda lah pastinya. Kayak ada rasa gimana ya, merah putih enggak bisa naik walaupun kita nyanyi Indonesia Raya, tetap ada yang beda," ungkap Kevin Sanjaya.
"Ada yang kurang gitu ya ?" tanya Najwa Shihab lagi.
"Iya, kayak ada yang kurang. Pertama kali enggak bisa hormat sama merah putih," ujar Kevin Sanjaya.
"Untuk atlet itu berharga ?" tanya Najwa Shihab.
"Berharga sih, untuk saya pribadi berharga banget. Mereka semua merasakan hal yang sama, kayak ada yang kurang," kata Kevin Sanjaya.
Sebelum memenangkan Thomas Cup, Kevin Sanjaya sudah mendengar kabar bahwa bendera Merah Putih tak bisa berkibar seandainya Indonesia juara.
Baca juga: Indonesia Juara Piala Thomas, Logo PBSI Berkibar Pengganti Bendera Merah Putih
Hal itu diketahui Kevin Sanjaya dari teman-temannya sesama atlet bulutangkis.
Kendati demikian, Kevin Sanjaya menyebut rekan-rekannya sesama atlet tetap semangat menjuarai kejuaraan dunia.
"Itu berpengaruh enggak ?" tanya Najwa Shihab.
"Enggak sih. Kita tetap mau menang. Karena Kita punya kesempatan yang cukup besar untuk Thomas Cup kali ini," ungkap Kevin Sanjaya.
"Rata-rata ngobrolin apa kalau soal itu ?" tanya Najwa Shihab lagi.
"Ya ngobrolin kayak Indonesia Merah Putinya enggak boleh dikibarin karena kena sanksi," imbuh Kevin Sanjaya.
Menanggapi curhatan Kevin Sanjaya, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali pun memberikan respon.
Diakui Zainudin Amali, ia pun merasakan kekecewaan seperti yang dirasakan Kevin Sanjaya dan para atlet.
Terutama saat melihat bendera merah Putih tak bisa berkibar di ajang Piala Thomas.
"Pak Menteri mau komentar tadi Kevin bilang rasanya ada yang kurang, karena untuk atlet itu melihat sang saka berkibar, kemarin Pak Menteri sudah minta maaf. Apakah itu untuk para atlet ?" tanya Najwa Shihab.
"Ya untuk seluruh rakyat Indonesia, termasuk atlet. Bukan cuma mereka yang merasakan, Saya juga merasakan. Apalagi Saya sebagai menteri olahraga. Perasaan itu lebih. Karena ini yang kita tunggu selama 2 dekade, tapi merayakannya kurang," ungkap Zainudin Amali.
Baca juga: Perkataannya Terkait Fajar/Rian Viral dan Heboh di Medsos, Menpora: Padahal Saya Memuji
Turut menanggapi kekecewaan Kevin Sanjaya, Taufik Hidayat ikut memberikan komentar.
Turut diundang ke tayangan Mata Najwa, mantan juara dunia bulutangkis itu memberikan nasihat menohok kepada Menpora.
Taufik Hidayat mendesak Kemenpora terutama Zainudin Amali untuk segera menuntaskan permasalahan sanksi dari WADA untuk Indonesia tersebut.
"Yang dibutuhkan masyarakat itu kejelasan. Jangan sampai masalah ini ditutupi. Kita ini masih belum tahu sebenarnya masalahnya di mana sih ? Karena kan berpolemik," ungkap Taufik Hidayat.
Menurut Taufik Hidayat, yang harusnya bertanggung jawab penuh atas insiden bendera tersebut adalah Menteri Pemuda Olahraga.
Dengan nada bicara santai, Taufik Hidayat juga menyoroti kebiasaan buruk yang kerap dilakukan pemangku kebijakan di tanah air.
Kebiasaan yang membuat Taufik Hidayat risih itu adalah kebiasaan melobby.
Baca juga: Dosen IPB University Teliti Mangga Kasturi, Buah Endemik dan Langka dari Kalimantan Selatan
"Jangan sampai ada kesalahan kedua. Yang Saya paling malas dengar itu kata-kata 'nanti kita lobby'. Yang ada lobby itu hanya di Indonesia. Di luar tuh enggak bisa seperti itu," akui Taufik Hidayat.
Padahal menurut Taufik Hidayat, yang harusnya dilakukan kementerian adalah mengikuti arahan dari WADA terkait administrasi dan proses pengurusannya.
"Kalau memang WADA ngasih pertanyaan seperti apa, isi semua itu, administrasinya dilengkapi, baru sesuai itu semua. Jadi enggak ada lobby. Kita ikuti aturan itu. Karena olahraga punya dunianya sendiri," imbuh Taufik Hidayat.
Mendengar saran menohok dari Taufik Hidayat, Zainudin Amali mendengarkan dengan seksama.
Sang Menpora terlihat sesekali menganggukan kepala pertanda menyimak pesan dan kritikan pedas dari Taufik Hidayat.
Awal Mula Indonesia Kena Sanksi WADA
Kemenangan Indonesia di Piala Thomas 2020 sangat menggembirakan.
Namun ada juga yang menyesakkan dada ketika bendera merah putih tidak dikibarkan saat seremoni penyerahan piala berlangsung.
Baca juga: Merah Putih Tak Berkibar di Thomas Cup, Kemenpora Panen Kritik dari DPR hingga Taufik Hidayat
Tidak dikibarkannya bendera merah putih di seremoni penyerahan piala ini, merupakan buntut dari sanksi dari Badan Anti-Doping Dunia (WADA) atas tidak patuhnya Indonesia dalam penerapan uji doping.
Melansir dari Tribunnews, 15 September 2021 lalu WADA mengirim surat resmi kepada Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) tentang ketidakpatuhan.
Tidak hanya Indonesia, ada delapan negara yang diperingatkan WADA.
Delapan negara tersebut adalah Jerman, Belgia, Montenegro, Rumania, Korea Utara, Thailand, dan Indonesia. Semua negara ini diminta mengklarifikasi klaim ketidakpatuhan WADA.
Delapan negara ini tidak mengirimkan sampel uji doping selama masa pandemi, yakni pada 2020 dan 2021, sebagaimana telah ditetapkan dalam test doping plan (TDP).
Setelah itu, WADA memberi waktu selama 21 hari kepada delapan negara ini untuk mengklarifikasi. Jika sampai tenggat waktu yang ditentukan tak ada bantahan, WADA akan melayangkan ancaman.
Usai dinanti 21 hari, ternyata hanya empat negara yang memberikan klarifikasi. Keempat negara tersebut adalah Jerman, Belgia, Montenegro, dan Rumania. Sisanya tak memberi jawaban.
Karena tak ada surat balasan dari badan anti-doping Indonesia, Thailand, dan Korea Utara, surat ancaman sanksi dilayangkan pada 7 Oktober. Isinya meminta tanggapan sebelum jatuh sanksi.(*)
