Buntut Istri Pamer Duit, Kapolres Tebing Tinggi Ucap Perpisahan : Pemimpin Harus Siap Pikul Beban
Padahal, AKBP Agus Sugiyarso baru menjabat sebagai Kapolres Tebing Tinggi sejak 6 Januari 2021 lalu.
Penulis: Uyun | Editor: Ardhi Sanjaya
Menurutnya, hal tersebut bisa menimbulkan beragam penafsiran di mata masyarakat yang melihat.
"Karena begini, itu bisa menimbulkan multitafsir."
"Yang jelas kalau itu terjadi, saya akan dalami kenapa itu pamer uang dan apa tujuannya," imbuhnya.
Selanjutnya, menurut keterangan Kapolda Sumut, ternyata aksi yang dilakukan istri Kapolres Tebing Tinggi itu ketika sedang ikut arisan.
"Jadi itu arisan, difoto," kata Irjen Pol Panca Simajuntak.

Panca menyebut, sebenarnya istri Kapolres Tebing Tinggi ini lalai.
Sebagai istri seorang pejabat publik, kata Panca, mestinya dia harus menjaga sikap.
Sebab, segala perbuatan yang dilakukannya akan berdampak pada sang suami.
Baca juga: Istri Siri Dinobatkan Jadi Maha Ratu, Ratu Nina Ngamuk Diusir dari Istana : Saya Ini Istri Sahnya
Berikut postingan lengkap AKBP Agus Sugiyarso usai dicopot dari jabatan Kapolres Tebing Tinggi:

Waktu Itu
Menjadi pemimpin itu harus berada di depan ketika badai datang, berada di tengah ketika damai dan tenang, berada di belakang ketika menang.
Pemimpin itu tak terbang karena pujian dan tak goyang karena cacian, namun pemimpin harus siap memikul beban walau bukan tangan mencencang.
Akan datang suatu masa waktu bertemu yang tak bisa sesering dulu, meluangkan waktu berkumpul dan bercengkerama yang tak semudah dulu, menyadarkan bahwa bayang-bayang perpisahan itu semakin nyata.
Saya tak pernah benar-benar ingat bagaimana dulu kita bisa bertemu, kemudian dekat dan menjalin hubungan yang bernama persahabatan. Yang teringat jelas dan yang selama ini diketahui hanyalah bahwa beruntung mengenal kalian dan menjadi salah satu dari sekian banyak teman yang kalian miliki.
Dalam pertemanan memang tak selamanya semua dapat sejalan dan sepemikiran, perbedaan selalu kita temui dalam banyak hal. Tetapi bukankah memang seharusnya pemikiran manusia itu seperti itu, tak pernah mampu untuk benar benar serupa, walau kadang berpura pura dan bersandiwara, tetapi semua perbedaan itu justru yang membuat menjadi belajar tentang banyak hal.