Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Bikin 11 Orang Tewas Tersapu Ombak, Terungkap Profesi Pemimpin Ritual Maut di Pantai Payangan

Pemimpian ritual maut di Pantai Payangan ternyata bukan seorang ustaz atau kiyai, Kades menyebut dirinya berprofesi sebagai MC Dangdut.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Soewidia Henaldi
Kolase Tribunnews.com: TribunJatim.com/Sri Wahyunik dan Kompas/Istimewa
(Kanan) Kondisi pantai Pantai Payangan Jember dan (Kiri) korban saat dievakuasi oleh warga. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Niat mendapatkan berkah hingga buang sial malah berujung duka.

Sebanyak 11 orang dari 24 rombongan yang berangkat ke Pantai Payangan meninggal secara tragis.

Mereka tewas terseret ombak saat tengah melakukan ritual di pantai selatan tersebut.

Dari 13 korban selamat, satu di antaranya merupakan sang pemimpin rombongan yang menggelar acara ritual tersebut.

Sebab berdasarkan informasi, sang pemimpin tidak ikut turun ke bibir pantai saat tragedi itu terjadi.

Rombongan juga sebelumnya sudah diingatkan untuk tidak melakukan ritual di pantai tersebut.

Hal itu dikarenakan ombak sedang tinggi sehingga aktifitas di pantai dilarang.

Namun mereka tetap melakukan ritual tersebut hingga terjadilah insiden yang menewaskan belasan orang itu, pada Minggu (13/2/2022).

Lantas siapa pimpinan rombongan tersebut?

Dilansir TribunnewsBogor.com dari Kompas.com, Senin (14/2/2022), pimpinan kelompok Tunggal Jati Nusantara itu bernama Hasan.

Baca juga: Diajak Semedi di Laut, Anak Korban Pantai Payangan Ungkap Ritual Aneh Ayah Tengah Malam

Baca juga: Cerita Aneh Belasan Pengikut Ritual Disapu Ombak Pantai Selatan, Minta Berkah dari Sosok Mistis Ini

Ia diketahui selamat dalam ritual maut tersebut.

Kelompok Tunggal Jati Nusantara itu berada di Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, Jember.

Berdasarkan penuturan Kades Dukuh Mencek Nanda Setiawan, Hasan bukan merupakan seorang kiai atau ustaz.

Hasan sendiri diketahui pernah merantau ke Malaysia dan kembali ke kampungnya pada tahun 2014 lalu.

"Cukup lama dia di Malaysia, sekitar 2014 datang," katanya dilansir dari Kompas.com

Nanda juga menjelaskan, Hasan diketahui selama ini memiliki beberapa pekerjaan.

Pekerjaan yang digelutinya yakni mulai dari menjadi MC hingga berjualan online.

"Kerjanya kadang-kadang MC dangdut, sementara ini jual online kayak tisu," tutur dia.

Pakai ruang tamu rumah

Menurut Nanda, selama ini Hasan bersama kelompoknya kerap menggelar kegiatan di rumahnya.

Pada bagian rumahnya, kata Nanda, terdapat tulisan seperti kaligrafi berbunyi Tunggal Sejati Nusantara.

"Rumah yang dipakai ruang tamu biasa, tidak ada padepokan atau aulanya," kata dia.

Ia juga menuturkan, Hasan kerap menggelar berbagai kegiatan di ruang tamunya tersebut sejak dua tahun lalu.

Mulanya pihak pengurus desa tidak menaruh curiga karena kegiatan yang digelar dua bulan sekali itu dirasa postif.

Baca juga: Ritual di Pantai Berujung Maut, Juru Kunci Samboja Lompat ke Laut Selamatkan Korban Terseret Ombak

Baca juga: Sering Jadi Tempat Ritual, Begini Kondisi Pantai Payangan yang Seret Belasan Orang, Terlarang?

Seperti misalnya membaca Al Quran, dzikir dan shalawat.

"Awalnya seperti itu, tapi kok lama-lama ada seperti ini, itu saya kurang tahu," tambah dia.

Nanda menjelaskan, dari hasil penelusurannya, ritual tersebut bukan ritual pertama.

Kelompok Hasan kerap menggelar ritual di pantai.

"Namun orangnya (dulu) tidak sebanyak sekarang," katanya.

Nanda mengaku, anggota kelompok Tunggal Jati Nusantara itu ada yang datang pada Hasan untuk berobat, punya masalah ekonomi, maupun masalah keluarga.

"Kayaknya orang yang datang ke sana itu yang susah, mungkin sakit atau kesulitan ekonomi dan masalah keluarga," papar dia.

Dia menilai warga yang datang untuk ikut kegiatan itu berasal dari luar desa.

Kemungkinan karena diajak untuk melakukan ritual guna menyelesaikan masalah yang dialami oleh anggotanya.

Profil Padepokan Tunggal Jati Nusantara

Tak banyak infromasi perihal Padepokan Tunggal Jati Nusantara di dunia maya.

Menurut keterangan Bupati Jember, Hendy Siswanto, Tunggal Jati Nusantara bukanlah nama asli dari padepokan tersebut.

Nama asli dari padepokan itu yakni Garuda Nusantara.

Baca juga: Anggota Polisi Bondowoso Meninggal Terseret Ombak di Pantai Payangan, Korban Baru Menikah 2 Tahun

Baca juga: Kronologi Rombongan Tenggelam di Pantai Payangan, Bergandengan di Laut Tiba-tiba Ada Ombak Besar

"Itu nama kelompoknya Padepokan Garuda Nusantara, tapi nama populernya Tunggal Jati Nusantara," kata Hendy sebagaimana dikuti dari video wawancara di MetroTV, Senin (14/2/2022). 

Hendy mengatakan padepokan tersebut masih baru dan diduga tidak memiliki izin.

Meski demikian, Hendy menyatakan bakal melakukan pengecekan lebih lanjut untuk memastikan apakah padepokan itu benar-benar tidak memiliki izin.

Adapun anggota padepokan ini sebanyak 40 orang.

Perihal ritual di pantai yang diadakan, Hendy mengaku tidak bisa memantau karena kelompok ini beberapa kali melakukan ritual di dua tempat yang berbeda.

Ritual diadakan pukul 21.00 hingga 01.00. 

"Belum terpantau, terus terang saja, karena mereka melakukan ritual itu dua tempat lainnya itu di sungai, dan ndak tahu kita jadwal mereka," bebernya.

(TribunnewsBogor.com/Kompas.com)

Sumber: TribunNewsmaker
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved