Kesaksian Petugas saat Evakuasi 8 Santri yang Tewas dalam Kebakaran, Jasad Berpelukan dan Wangi
Sebab, delapan santri yang tewas dalam kebakaran itu ditemukan dalam kondisi berpelukan dan baunya wangi.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Damanhuri
Sebab, para korban tewas yang ditemukan masih berusia sangat muda.
Hal serupa juga disampaikan Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang Rohmat.
"Iya info dari temen-temen yang madamin di atas (baunya) nggak seperti biasanya," kata Rohmat.
Rohmat menyebut dua regu damkar diturunkan untuk memadamkan kebakaran di Pesantren Miftahul Khoirot pada Senin (21/2/2022), yakni dari Pos Cilamaya Wetan dan Telagasari.
Proses pemadaman juga dibantu Damkar Pertamina.
Baca juga: Kebakaran Gudang Minyak Goreng di Ciracas, Polisi Telusuri Dugaan Adanya Penimbunan
Baca juga: Pakar Dunia Soroti Kebakaran Hutan di Asia Tenggara Akibat Penggunaan Lahan Pertanian
Satu Korban Mau Diwisuda
Kepiluan dirasakan Enjang Lukmanul Hakim saat mendengar kabar pondok pesantren Miftahul Khoirot, Kabupaten Karawang kebakaran.
Hati pria usia 42 tahun itu berkecamuk, di satu sisi ia bersyukur, di sisi lain ia berduka.
Dua sosok yang selama ini disayanginya menjadi korban dalam kebakaran yang terjadi pada Senin (21/2/2022) sekira pukul 13.30 WIB.
Mereka adalah anak yang bernama Muhammad Daffa Lukmanul Hakim, dan keponakan bernama Ahmad Akmal Maulana (Muhammad).
Diungkap Enjang, ia bersyukur karena sang putra selamat dalam insiden kebakaran tersebut.
Namun keponakannya, Akmal Maulana (12) diduga telah meninggal dunia akibat dilahap si jago merah.
Sangkaan itu bermula saat mengetahui bahwa kamar tidur Akmal Maulana persis berada di lokasi kebakaran.
"Kalau anak saya selamat, dia yang mengabari saya kalau saudaranya di lokasi kebakaran, mereka sudah pesantren selama 3 tahun," pungkas Enjang.
Mengurai kedukaannya, Enjang bercerita bahwa anak dan keponakannya itu telah tinggal di pesantren selama tiga tahun.