Aksi Nekat Dokter Berakhir di Tangan Densus 88, Perannya di Kelompok Teroris Diungkap Polisi

Densus 88 lantas melakukan tindakan tegas dan terukur, yakni menembakkan peluru ke area punggung atas dan bagian pinggul kanan bawah ke dokter S.

Penulis: khairunnisa | Editor: Soewidia Henaldi
KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
Suasana Kedatangan Jenazah Terduga Teroris SU di Rumah Duka Sukoharjo, Kamis (10/3/2022) 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Aksi seorang dokter berinisial S yang berasal dari Sukoharjo membuat Detasemen Khusus (Densus) 88 melayangkan sikap tegas.

Kenekatan dokter berusia 54 tahun itu sempat membuat geger warga Desa Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Pasalnya, sang dokter disangkakan pada dugaan anggota teroris.

Pada Rabu (9/3/2022) sekira pukul 21.00 WIB, dokter S melakukan perlawanan saat hendak diciduk petugas kepolisian.

Langsung naik mobil saat disantroni polisi, dokter S berusaha kabur dengan kecepatan penuh.

Melihat gelagat aneh dokter terduga teroris itu, polisi bertindak.

Saat itu, seorang anggota polisi lain berupaya menghentikan dokter S dengan naik ke bak belakang mobil double cabin yang dikendarainya.

Ingin menghindar, dokter S pun tetap menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Baca juga: 11 Terduga Teroris Diamankan Densus 88 Dalam Sehari, Ini Lokasinya

Ia segera menggoyangkan stir ke kanan dan kiri seraya melaju dengan gerakan zig zag di jalanan.

Hal itu dilakukan dokter S guna membuat petugas kepolisian jatuh dari mobil.

Pelarian dokter S berakhir saat ia menabrak kendaraan di depannya.

Bertindak cepat, petugas kepolisian pun mengeluarkan tembakan untuk melumpuhkan dokter terduga teroris itu.

Densus 88 lantas melakukan tindakan tegas dan terukur, yakni menembakkan peluru ke area punggung atas dan bagian pinggul kanan bawah ke dokter S.

Akibat hal tersebut, nyawa sang dokter tak bisa diselamatkan.

Penampakan lokasi praktek SU sebagai dokter umum dirumahnya yang beralamat di Desa Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Sukoharjo, Jawa Tengah
Penampakan lokasi praktek SU sebagai dokter umum dirumahnya yang beralamat di Desa Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Sukoharjo, Jawa Tengah (KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati)

Jabatan Dokter di Kelompok Teroris

Kematian dokter terduga teroris segera ditanggapi pihak kepolisian.

Kepolisian RI mengungkap peran dokter S yang ditembak mati Densus 88.

Dilansir TribunnewsBogor.com dari Kompas.com, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan dokter S diduga merupakan anggota teroris Jamaah Islamiah (JI).

Dokter S pernah menjabat sebagai Deputi Dakwah di Jamaah Islamiyah serta sebagai penasihat amir Jamaah Islamiyah.

Baca juga: Densus 88 Antiteror Polri Tangkap Tiga Terduga Teroris di Jawa Tengah

"Yang bersangkutan pernah menjabat sebagai amir khidmat. Jabatan adalah deputi dakwah dan informasi dan yang bersangkutan sebagai nasihat amir JI dan juga penanggung jawab Ilal Ahmar Sosaiti," ujar Brigjen Ahmad Ramadhan.

Penangkapan dokter S dilakukan di Jalan Bekonang, Sukoharjo pada Rabu (9/3/2022) sekitar pukul 21.15 WIB.

Saat penangkapan, dokter S berusaha menabrakkan mobil ke petugas yang hendak menangkapnya.

"Adapun saat penangkapan saudara S dia melakukan perlawanan terhadap petugas secara agresif yaitu dengan menabrakkan mobilnya ke arah petugas yang sedang menghentikan tersangka," kata Brigjen Ahmad Ramadhan.

Sebuah papan nama terduga teroris Dokter S dipasang di depan rumahnya di Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kamis (10/3/2022)
Sebuah papan nama terduga teroris Dokter S dipasang di depan rumahnya di Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kamis (10/3/2022) (TribunSolo.com/Vincentius Jyestha)

Keluarga Akan Tempuh Jalur Hukum

Perwakilan keluarga, Endro Sudarsono, mengatakan, pihak keluarga menyayangkan sikap Densus 88 yang melakukan penembakan hingga mengakibatkan dokter S meninggal dunia.

"Yang jelas kita menyayangkan sikap penegakan hukum yang kemudian ada sebuah kekerasan, apalagi tembak mati. Mestinya ada upaya paksa, atau upaya hukum yang sifatnya melumpuhkan. Bukan mematikan," ujar Endro Sudarsono dilansir dari Kompas.com, Jumat (11/3/2022).

Baca juga: 4 Terduga Teroris Jamaah Islamiah Ditangkap, Ini Penjelasan Densus 88 Antiteror Polri

Endro yang menjabat sebagai Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC) Surakarta, menuturkan, atas kejadian ini, pihak keluarga bakal melakukan upaya hukum.

"Proses hukum sudah ada yang mendekati kami, cuma belum kami sampaikan kepada pihak keluarga. Dan tidak etis kalau saat ini langsung berbicara hukum," ucap Endro Sudarsono.

Upaya hukum ini dilakukan karena pihak keluarga terduga teroris tidak meyakini bahwa dokter S terlibat dalam jaringan terorisme.

"Sekali lagi pesan dari keluarga, keluarga sedikit pun tidak meyakini kalau S itu terlibat kasus terorisme," ungkap Endro Sudarsono.

Suasana Kedatangan Jenazah Terduga Teroris SU di Rumah Duka Sukoharjo, Kamis (10/3/2022)
Suasana Kedatangan Jenazah Terduga Teroris SU di Rumah Duka Sukoharjo, Kamis (10/3/2022) (KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati)

Sosok Dokter S

Ketua IDI Sukoharjo, dr Arif Budi Satria membenarkan bahwa terduga teroris dokter S selama ini berprofesi sebagai dokter dan praktik di rumahnya di Gayam, Kecamatan Sukoharjo.

Ia pun membeberkan bahwa dokter S kerap menggratiskan biaya pengobatan ke pasien.

"Betul, beliau dokter umum masih aktif," ungkap dr Arif Budi Satria dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribun Solo, Jumat (11/3/2022).

"Beliau berpraktik untuk sosial, banyak yang digratiskan oleh beliau," sambungnya..

Sementara itu, ketua RT setempat Bambang Pujiana Eka Warsono menjelaskan, semenjak informasi penangkapan dengan penembekan itu rumahnya sepi.

Baca juga: Munarman Didakwa 3 Pasal dalam Kasus Terorisme

"Pekerjaannya yang saya tahu sampai saat ini dokter, kalau kelihatannya dokter umum," ujar Bambang dilansir dari TribunSolo.com.

Sepanjang membuka praktek medis, Bambang sendiri juga tak pernah menyaksikan praktek dokter S ramai.

"Kalau saya lewat ya tidak ramai, sepi artinya tidak ada banyak pasien," kata Bambang.

Meski berprofesi sebagai dokter, menurut Bambang sosok dokter S dikenal sebagai antisosial.

Dirinya tidak pernah bersosialisasi dengan para warga setempat.

"Semenjak saya megang Ketua RT dari 2019 itu saya mengadakan pertemuan kegiatan warga dia tidak pernah ada, tidak pernah datang, tidak pernah sosialisasi," ungkap Bambang.

Alasan dokter S tak pernah bersosialisasi pun tak diketahui oleh Bambang.

ILUSTRASI - Suasana di depan ruang Forensik Dokpol Biddokkes Polda Sulsel, Jl Kumala, Makassar, Rabu (612021) siang. Dua terduga teroris MR dan SA ditembak mati di Makassar.
ILUSTRASI - Suasana di depan ruang Forensik Dokpol Biddokkes Polda Sulsel, Jl Kumala, Makassar, Rabu (612021) siang. Dua terduga teroris MR dan SA ditembak mati di Makassar. (TRIBUN-TIMUR.COM/MUSLIMIN EMBA)

Dirinya juga tak pernah menanyakan kepada yang bersangkutan.

Bahkan, Bambang menyebut dokter S tak pernah membayar iuran yang hanya berjumlah Rp25.000 per bulannya.

"Tidak sama sekali, boleh dicek di bendahara saya, kalau yang namanya pak S itu tidak pernah iuran. Padahal iuran di tempat saya cuma Rp25.000 per bulan," kata Bambang.

Selama ini pun Bambang tak pernah bertegur sapa ataupun mengobrol dengan dokter S.

Sosok dokter yang disebutnya bertubuh agak gempal itu memang sudah dikenal di kampung tidak pernah beraktivitas apa-apa.

S juga dikatakan Bambang berjalan menggunakan tongkat bantu, karena kakinya pernah mengalami kecelakaan.

Hanya beberapa kali Bambang pernah berpapasan dengan dokter S menunaikan ibadah salat.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved