Niat Cuci Tangan di Sumur, Warga Jogja Tersentak Lihat Tas hingga Surat Wasiat, Isinya Mengejutkan
Bergegas ke lokasi sumur usai mendapat laporan dari Legiyo, petugas kepolisian Polres Kulon Progo mengamati TKP.
Penulis: khairunnisa | Editor: Soewidia Henaldi
Kasi Humas Polres Kulon Progo Iptu I Nengah Jeffry Prana Widyana mengungkapkan, jenazah Tuminem ditemukan dalam kondisi tubuh terikat dengan tas berisi batu seberat 10 kilogram.
“Ditemukan adanya tas yang diikatkan pada tubuh mayat yang berisi batu diameter 25 sentimeter dengan berat kira-kira 10 kilogram,” ujar Iptu I Nengah Jeffry Prana Widyana dilansir TribunnewsBogor.com dari Kompas.com, Sabtu (12/3/2022).
Bukan cuma tas, petugas juga menemukan surat wasiat.
Baca juga: Pagi-pagi Hendak Belanja ke Warung, Warga Bandung Syok Temukan Jasad Wanita Dikerubuti Lalat
Surat tersebut konon ditinggalkan Tuminem sebelum meninggal dunia.
Dalam surat itu disebutkan bahwa seseorang bernama Lik No diminta untuk membantu mengurus pembagian hasil penjualan rumah di tanah yang ditempati Tuminem kepada anak-anaknya.
Berikut isi surat yang ditulis dalam bahasa Jawa tersebut:
“Sok nek aku ora bali lemah lan omah nduwur didom adil cah telu yo (besok bila saya tidak kembali, tanah dan rumah di atas dibagi adil tiga orang).”

Ucapan Terakhir Tuminem
Beberapa waktu sebelum jenazah Tuminem ditemukan, wanita paruh baya itu ternyata sempat pamit untuk bekerja di Batam, Kepulauan Riau.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dukuh Gunung Kukusan bernama Jemadi.
“Katanya mau pamitan, mau kerja lagi, berangkat 24 (Februari) kemarin,” ucap Jemadi.
Namun, selang beberapa waktu, Tuminem tidak bisa dihubungi.
“Dihubungi suami dan anak tidak bisa, tidak ada kontak sama sekali. Dianggap hilang,” ungkap Jemadi.
Tuminem tinggal di dekat kebun Jemadi menjelaskan, Tuminem memiliki tiga anak.
Baca juga: Niat Makan Seblak, Drama Pemuda di Tegal Pura-pura Sedih Lihat Sang Pacar Jadi Jasad Terbongkar
Rumah yang ditempati Tuminem merupakan milik anaknya yang sedang bekerja di Batam.
Rumah tersebut berhadapan dengan kebun itu.
Sedangkan suami Tuminem, Tukiran, tinggal sendiri di rumah yang berada di balik kebun.
Tukiran bekerja sebagai penderes nira kelapa.
“Mereka baik-baik saja. Hanya saja tinggalnya sendiri-sendiri,” terang Jemadi.