Lautan Sampah Tak Surutkan Kebersamaan, Cerita Kompaknya Warga Kampung Pemulung Ciomas Bogor
Matahari tengah berada di puncaknya, terlihat Mumuh sedang sibuk merapikan tumpukan bekas botol air mineral, Senin (14/3/2022), pukul 13.13 WIB.
Penulis: Siti Fauziah Alpitasari | Editor: Yudistira Wanne
Laporan Wartawan Tribunnewsbogor.com, Siti Fauziah Alpitasari
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIOMAS - Matahari tengah berada di puncaknya, terlihat Mumuh sedang sibuk merapikan tumpukan bekas botol air mineral, Senin (14/3/2022), pukul 13.13 WIB.
Mumuh merupakan warga yang tinggal di kampung pemulung di Jalan Kreteg Padasuka RT 1/2 Ciomas, Kabupaten Bogor.
Saat TribunnewsBogor.com menyambangi kediamannya, Mumuh menyambut dengan ramah.
Menggunakan daster berwarna merah dibalut motif bunga, Mumuh mulai bercerita tentang awal terbentuknya kampung pemulung.
Perkampungan ini dibangun sejak 2003 silam.
Terdapat 20 bangunan rumah, dan kurang lebih 40 penduduk beserta anak dan istrinya.
Mumuh bercerita tentang history bagaimana kampung ini bisa terbentuk.

Awalnya, kata Mumuh, sebelumnya ada seorang ibu yang membangun rumah untuk menampung barang-barang bekas.
Namun, setelah ibu itu menghembuskan nafas terakhirnya, sang anak melanjutkan aktivitas sekaligus bertambahnya penduduk satu persatu.
Hingga saat ini sudah terbangun 20 rumah petak dan gudang para pemulung untuk menampung barang-barang bekas.
Di perkampungan ini menampung barang bekas dan kardus-kardus bekas yang kemudian dijual untuk meraup rupiah.
“Ya di sini paling rongsokan, ember, kardus. Paling tiga hari atau seminggu baru dijual,” tutur Mumuh (32) kepada TribunnewsBogor.com.
Biasanya para pemulung di sini melakukan aktivitasnya pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB.
Hasil pungutan yang sudah ditampung hanya didapatkan Rp 1 ribu/kg botol dan Rp 1.200/kg kardus.