Kisah Atang Penjaga Perlintasan Rel Kereta Tak Berpalang di Bogor, Kerap Ketakutan Karena Hal Ini

Sudah belasan tahun pria paruh baya bernama Atang menjaga perlintasan rel kereta di kawasan Cilebut, Kabupaten Bogor.

Penulis: Siti Fauziah Alpitasari | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Siti Fauziah Alpitasari
Atang, penjaga lintasan kereta api tak berpalang di Kampung Petahunan RT 1/10 Desa Cilebut Timur, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jumat (25/3/2022). 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Siti Fauziah Alpitasari 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, Sukaraja - Sudah belasan tahun pria paruh baya bernama Atang menjaga perlintasan rel kereta di kawasan Cilebut, Kabupaten Bogor.

Sejak Pukul 07.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB, Pria berusia 67 tahun itu sudah berada di sekitaran perlintasan tanpa palang pintu di Kampung Petahunan yang menjadi akses terdekat warga untuk ke jalan utama.

Pria berusia 67 tahun ini mengaku kerap dibayangi ketakutan sehingga ia memberanikan diri menjaga jalan yang melintasi rel kereta rute Jakarta-Bogor ini.

Sebab, ia khawatir perlintasan kereta tapa tanpa palang pintu ini bisa merenggut nyawa jika tak ada yang menjaga.

“Tadinya saya narik ojek kan, cuman ngeri liat gak ada yang jaga. Kereta ngelakson kalo udah deket, takut banyak memakan korban,” ucapnya saat ditemui TribunnewsBogor.com di sekitar perlintasan Kampung Petahunan RT 1/10 Desa Cilebut Timur, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor,  Jumat (25/3/2022)..

Atang menceritakan, dirinya sudah 14 tahun menjadi sukarelawan menjaga perlintasan tanpa palang pintu tersebut.

“Selama saya 14 tahun jaga, alhamdulillah sih gaada yang meninggal atau apa. Paling mobil ke sangkut, kan ga rata ya. Tapi gaada korban juga,” jelas Atang.

Menurutnya, ia harus selalu sigap untuk menyetop para pengendara dan pejalan kaki saat kereta akan melintas.

“Alhamdulillah tapi rejeki mah ada aja, kalau saya mah ikhlas sih. Karena ngeri ajah gak ada yang jaga,” imbuhnya.

Pantauan TribunnewsBogor.com, lintasan kereta api tak berpalang itu rawan untuk dilintasi oleh pengendara maupun pejalan kaki.

“Panik, takut cuman mau gimana lagi akses satu-satunya jalan menuju tempat saya. Kalo mau lewat jalan lain jauh juga kan saya jalan kaki,” ujar pejalan kaki, Zulfikar (22).

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved