Pria Berambut Gondrong Ancam Mantu Presiden Jokowi, Leher Jadi Sasaran Utama, Ini Sosoknya
Dalam video yang beredar, seorang pria mengancam mematahkan leher Bobby yang menjabat sebagai Wali Kota Medan.
"Kau panggil Pak Bobby ke mari, biar kupatahkan batang leher Pak Bobby sekalian. Atau kau aja kupatahkan leher, kau mau," jawab pria tersebut.
Hingga Minggu (24/4/2022) pukul 15.33 WIB, video tersebut sudah mendapat 3.126 like dan 558 komentar.
Seperti apa kejadian sebenarnya, siapa pria yang mengancam Wali Kota Medan Bobby Nasution?
Kepala Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan Nikmal Fauzi Lubis membenarkan adanya kejadian yang viral di media sosial tersebut.
Menurut Nikmal kejadian tersebut terjadi di Jalan Rahmadsyah, Kota Medan, Sabtu (23/4/2022) sekitar pukul 15.30 WIB.
Nikmal menjelaskan, awalnya pria dalam video itu menolak untuk membayar e-parking secara cashless atau tidak menggunakan uang tunai.
"Jadi si petugas parkir menerangkan kepada pengemudi agar membayar parkirnya dengan tidak menggunakan uang tunai. Nah si pengemudi sepertinya merasa keberatan," kata Nikmal saat dihungi Kompas.com, Minggu (24/4/2022).
Petugas parkir tetap berusaha menyarankan pengemudi mobil untuk membayar menggunakan e-toll, namun pria tersebut menolaknya.
Baca juga: Banyak yang Penasaran Lihat Langsung Presiden Jokowi di Cisarua, Juru Parkir Ini Kebagian Berkahnya
Nikmal menjelaskan, Kota Medan sudah memberlakukan e-parkiring di beberapa ruas jalan dengan menerapkan sistem cashless sejak 2021.
"Tapi hanya dalam batas beberapa ruas jalan dan ini terus kita kembangkan," ucapnya.
Pembayaran parkir dapat dilakukan dengan melalui beberapa aplikasi seperti OVO, Wallet, Dana, dan sebagainya, serta di-support juga dengan E-Toll sama Brizzi.
Klasifikasi kelas parkir ruas jalan di Kota Medan dibagi menjadi dua, yakni Kelas 1 dan Kelas 2.
Baca juga: Bobby Nasution, Gibran hingga Keponakan Prabowo Bakal Warnai Pilkada 2020, Ini Rekam Jejaknya
Perbedaan ini tergantung tingkat strategisnya letak jalan tersebut.
"Jadi kenapa kita buat dia (ruas jalan) kelas 1 lebih mahal dibandingkan dengan kelas 2 itu salah satu faktor indikatornya biar masyarakat jangan parkir di kelas 1 itu. Jadi tidak menimbulkan kemacetan ataupun kesemrawutan," ujar Nikmal.