Ulah Oknum Guru Bahasa Jerman Bikin Geram, Siswinya Ditindih Hingga Berbadan Dua, Sekolah Bertindak
Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh aksi bejat oknum guru di Nusa Tenggara Timur (NTT).
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh aksi bejat oknum guru di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Oknum guru berinisial TPK itu berbuat bejat terhadap siswinya.
Oknum guru yang mengajar di SMAN 1 Nagawutung, Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu diduga telah menghamili siswinya.
Akibat aksi bejatnya, TPK diberhentikan oleh Komite sekolah melalui surat pemberhentian yang dikeluarkan pada tanggal 14 Mei 2022.
Baca juga: Isu Pacaraan dengan CEO Ruang Guru Terkuak, Prilly Tuduh Vidi Aldiano Jadi Tersangka: Bener-bener Lu
Ketua Komite SMAN 1 Nagawutung, Martinus Lamau mengatakan pelaku merupakan guru komite pelajaran Bahasa Jerman.
"Saya juga kesal dengan kasus ini, tapi saya belum bisa secepatnya ambil sikap."
"Setelah dapat surat dari kepala sekolah baru dia diberhentikan," kata Martinus saat ditemui di SMAN 1 Nagawutung, akhir pekan lalu.
Menurut Martinus, apabila tidak diberhentikan, kehadiran pelaku akan mengganggu seluruh aktivitas belajar mengajar dan tentu tidak etis.
Terlebih pelaku sudah menjadi perbincangan di tengah-tengah masyarakat setempat.
Kepala SMAN 1 Nagawutung, Patrisius Beyeng, juga memastikan kalau oknum guru berinisial TPK itu sudah diberhentikan.
"Saya antar langsung semua surat (terkait pemberhentian TPK) ke Dinas Pendidikan Provinsi di Kupang," kata Patrisius.
Dia juga menyayangkan perbuatan oknum guru komite tersebut.
Baca juga: Guru Cabul Herry Wirawan Bakal Jalani Sidang Vonis, Keluarga Korban Minta Hukuman Mati Dikabulkan
Pemberhentian itu merupakan wujud tindakan tegas dari sekolah kepada pelaku yang menghamili korban yang masih di bawah umur itu.
Dia mendapat kabar buruk tersebut dari ibu asrama tempat korban tinggal, pada 27 April 2022 saat dia sedang mengikuti kegiatan hari pendidikan Nasional di Kota Lewoleba.
Patrisius mengakui tidak serta merta mengambil sikap memberhentikan TPK karena dia butuh landasan untuk memutuskan.
