IPB University

Forum Wacana IPB University Gelar Diskusi, Bahas LGBT dari Sisi Kesehatan dan Parenting

Dalam paparannya, Dewi Inong Irana mengatakan perilaku zina terutama sesama jenis atau LGBT itu akan menimbulkan masalah kesehatan.

Editor: Tsaniyah Faidah
Dokumentasi Humas IPB University
Forum Mahasiswa Pascasarjana atau Forum Wacana (FW) IPB University menggelar Ngobrol Perkara Isu (Ngopi) Bareng #4 tentang LGBT. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Forum Mahasiswa Pascasarjana atau Forum Wacana (FW) IPB menggelar Ngobrol Perkara Isu (Ngopi) Bareng #4 belum lama ini.

Diskusi dengan topik “Mencari Kebenaran atau Pembenaran? Waspadai LGBT di Pusaran Society 5.0” ini berusaha menganalisis fenomea lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dari sisi kesehatan dan parenting.

Narasumber yang dihadirkan yaitu dr Dewi Inong Irana, SpKK, FINSDV, FAADV yang merupakan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dan Dr Nopriadi,  penulis buku "The Model for Smart Parents".

Dalam paparannya, Dewi Inong Irana mengatakan perilaku zina terutama sesama jenis itu akan menimbulkan masalah kesehatan.

"Ada 20 penyakit akibat lelaki seks dengan lelaki (LSL). Kasus yang paling banyak ia temui di lapangan yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV), sifilis dan herpes simpleks genitalis," jelasnya.

Dr Inong melanjutkan, berdasarkan penelitian dari situs Centers for Disease Control (CDC) atau Kementerian Kesehatan Amerika Serikat menyatakan bahwa perilaku seks dubur pada LSL memiliki risiko tertinggi penularan HIV daripada zina laki-perempuan.

Sukarelawan Kesehatan Masyarakat tersebut memperjelas, erilaku seksual sesama jenis yang lewat dubur menimbulkan penyakit-penyakit baru.

Penyakit yang pertama kali muncul pada pelaku seks dubur diantaranya HIV/AIDS tahun 1981 di Amerika, Sarkoma Kaposi generasi baru (virus HHV8-mutasi virus Herpes Kelamin) tahun 2016 di Amerika, dan cacar monyet (monkey pox) tahun 2022 di Eropa dan Amerika. Penyakit-penyakit tersebut belum ada obatnya dan korban LGBT semakin banyak.

lfa Ulinnuha, anggota Forum Wacana IPB University menerangkan bahwa tidak ada satu agama pun yang membolehkan LGBT.

Secara fitrah, hanya ada dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, kebenarannya demikian.

"Akan tetapi, LGBT senantiasa dikampanyekan oleh para pengusungnya karena mereka ingin eksistensinya diakui dan diterima oleh masyarakat sehingga mencari dalih-dalih pembenaran. Pembenaran LGBT secara masif dipropagandakan aktivisnya melalui beragam media, salah satunya teknologi. Tragisnya, semakin banyak korban yang terjerat arus pelangi tersebut,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dr Nopriadi menjelaskan bahwa LGBT ini menular, mulanya dari perubahan cara berpikir.

"Kita tidak melihat LGBT sebagai perilaku orang per orang tetapi sebuah gerakan yang memiliki asas, tujuan, aktivis, aktivitas, dan support. Asasnya adalah liberalisme," kata dia.

Lebih lanjut ia mengurai, aktivitas propaganda yang dilakukan misalnya dengan mengadakan kajian-kajian, kurang lebih seperti cuci otak sebagai upaya mengganti asas agama menjadi asas liberalisme sehingga para pengikutnya permisif terhadap LGBT.

Support-nya tidak main-main, sudah ada 200 perusahaan besar yang diantaranya 20 perusahaan raksasa mendukung gerakan LGBT. Selain itu, sudah ada 31 negara yang memperbolehkan pernikahan sejenis.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved