'Ingin Keluarga Utuh', Curhat Mantan Supervisor yang Kini Berprofesi Jadi Badut Jalanan di Bogor
Kehidupan adalah resiko panjang yang harus ditempuh untuk mengenali kodrat sebagai manusia.
Penulis: Rahmat Hidayat | Editor: Damanhuri
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Rahmat Hidayat
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR BARAT - Kehidupan adalah resiko panjang yang harus ditempuh untuk mengenali kodrat sebagai manusia.
Kehidupan yang fana memang sesuatu yang tidak bisa dihindarkan bagi semua insan yang bernafas di muka bumi.
Hidup diantara ribuan manusia yang terus bersaing, kehidupan kota yang terus bergerak cepat, membuat manusia harus terus menemukan jati dirinya.
Apabila tertinggal satu langkah saja, perkembangan zaman bukan tidak mungkin akan menggerus dengan sendirinya.
Namun, kehidupan yang fana ini kerap ditutupi dengan suatu kebahagian.
Kebahagian yang diciptakan sangat beragam.
Mulai dari kebahagian mental dan pikiran, serta kebahagiaan karena harta.
Masyarakat tentunya bisa memilih dan bertaruh dengan dua pilihan itu.
Bisa bahagia karena banyak uang tetapi mental dan hati tidak bahagia, atau bisa bahagia dengan hati dan mental yang sehat namun hidup sederhana.
Pilihan itu pun menjadi persoalan bagi seorang warga Kota Bogor bernama Ferdy (35).
Dirinya yang kini berprofesi sebagai badut jalanan ini harus diberatkan dengan dua pilihan itu ketika kehidupannya terjamin dalam hal materi.
Bukan tanpa sebab, Ferdy yang merupakan Supervisor restoran Jepang selama 8 tahun ini, bisa meraup puluhan juta dalam sebulan.
Kehidupan yang dinamis serta berkecukupam dalam hal materi, justru membuat kehidupannya tidak terjamin bahagia.
Kejadian ini bermula ketika dirinya pergi meninggalkan anaknya yang baru berusia 4 bulan untuk bekerja di daerah Samarinda.
"Kalau supervisor kan lama kontraknya. Sekira 3 tahun lalu saya pulang ke Bogor. Tapi, saya sedih anak saya tidak kenal saya sama sekali. Malah dia nanya ibunya. Itu siapa bu. Kata anak saya," kata Ferdy saat dijumpai di lampu merah Yasmin, Sabtu (23/7/2022).
Sontak saja, dirinya merasa terenyuh dengan pernyataan sang anak yang tidak mengenalinya.
Dirinya pun mengaku tidak sanggup hal itu kembali terjadi pada keluarganya.
Akhirnya, dirinya memutuskan untuk bekerja di Bogor dengan cara menghibur orang di lampu merah Yasmin.
"Mungkin tadinya saya gaakan berhenti kerja. Karena mungkin alasan saya berumah tangga dan anak masih kecil terus dimutasi ke luar kota dan kontraknya cukup lama. Gamau ninggalin perkembangan anak. Gajinya memang besar. Tapi yang namanya ninggalin anak saya udah gabisa," ungkapnya.
Jauh sebelum jadi badut jalanan, dirinya sempat mendapat penolakan dari sang istri.
Dirinya bahkan diminta untuk melanjutkan kerjanya sebagai Supervisor Restoran Jepang.
Namun, hal itu tidak dihiraukan olehnya demi mendekatkan dirinya dengan keluarga kecilnya ini.
"Jujur saya mendapat tawaran banyak dari restoran. Tapi saya tolak. Lebih baik saya mundur dan cari pekerjaan apa saja supaya dekat dengan keluarga," tambahnya.
Segala resiko itu pun kini diemban oleh Ferdy dengan menjadi badut jalanan.
Berbagai tantangan dan pendapatan yang tidak menentu tidak menjadi soal bagi ayah satu orang anak ini.
Justru, dirinya lebih bahagia ketika menjalankan profesinya yang baru sebagai badut jalanan.
"Alhamdulilah masih bisa membantu keluarga dan menghibur anak kecil karena setiap hari ketemu. Seneng aja. Disyukurin aja. Penghasilan alhamdulilah setiap hari ada aja," ungkapnya.
Profesi menjadi badut jalanan pun dilakukan Ferdy dengan keikhlasan hati.
Walaupun sejatinya, dirinya cukup merasa sedih ketika harus mencari uang di jalanan.
"Saya juga merasa sedih aja. Apalagi istri dan anak memang kebetulan sering lewat sini dan saya sering lihat. Tapi, lambat laun istri menyadari saya resign kerja demi keluarga yang utuh," tandasnya.