IPB University
Jadi Pengganti Kedelai, Tim Pemulia IPB University Rakit Varietas Kecipir dan Kacang Tunggak
Jenis kacang yang digunakan IPB University dalam upaya pemanfaatan kacang lokal sebagai pendamping kedelai yaitu kecipir dan kacang tunggak.
Varietas kacang tunggak masih terbatas sehingga perlu terus dikembangkan varietas baru.
Pada 10 Agustus 2022 bertepatan dengan Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas), IPB University melakukan launching inovasi varietas kecipir dan kacang tunggak ini, bertempat di Gedung rektorat, Kampus Dramaga, Bogor.
Tim Pemulia IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura yang diketuai oleh Prof Dr Muhamad Syukur dan beranggotakan Dr Arya Widura Ritonga, Sulassih, SP, MSi dan M Alfarabi Istiqlal, SP, MSi ini berhasil merakit varietas kecipir sejak tahun 2016. Sedikitnya ada tiga varietas yang telah dihasilkan yaitu Sandi IPB, Melody IPB dan Fairuz IPB.
Prof Syukur menjelaskan, ketiga varietas tersebut telah terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas dan Perizinan Pertanian sejak tahun 2019.
Ia menyebut, ketiganya merupakan varietas kecipir pertama yang didaftarkan di Kementerian Pertanian.
“Dua diantaranya yaitu Melody IPB dan Fairuz IPB telah mendapatkan sertifikat Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dari Kementan tahun 2022. Ini adalah sertifikat PVT yang pertama untuk varietas kecipir di Indonesia,” kata Prof Muhamad Syukur, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University.
Dosen IPB University itu menjelaskan, kandungan protein ketiga varietas ini adalah 31-33 persen; produktivitas biji antara 3-4 ton per hektar, dengan rata-rata bobot 100 biji sekitar 34-39 gram per biji.
Lebih lanjut, Prof Syukur menjelaskan, ciri utama varietas Sandi IPB adalah warna polong muda ungu dan warna biji ungu tua.
Sementara, varietas Melody IPB mempunyai warna polong muda lurik dan warna biji ungu tua. Adapun varietas Fairuz IPB mempunyai warna polong muda hijau dan warna biji krem.
“Karena warna polong muda ungu maka Sandi IPB mempunyai kandungan dan aktivitas antioksidan tinggi, sehingga juga baik sebagai sayuran,” kata Prof Syukur.
Ia menyebut, penyediaan varietas kecipir ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan budidaya kecipir di petani.
Varietas baru ini juga diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan biji sebagai bahan baku pembuatan tempe atau produk lainnya berbasis kacang-kacangan lokal.
Selain kecipir, Prof Syukur bersama tim juga berhasil merakit varietas kacang tunggak sejak tahun 2017.
Varietas yang berhasil dirakit ada empat yaitu Albina IPB, Uno IPB, Tampi IPB dan Arghavan IPB.
Keempat varietas tersebut telah terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas dan Perizinan Pertanian sejak tahun 2020.