Polisi Tembak Polisi
Terkuak Posisi Brigadir J saat Dihabisi Bharada E, Pantas Jari Tangan Yoshua Putus Tersambar Peluru
Posisi Brigadir J saat dieksekusi ini kembali diperbincangkan pasca dokter forensik menyebut soal jari tangan korban patah akibat sambaran peluru
Penulis: Uyun | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Pantas jari tangan Brigadir J bisa patah, terkuak begini posisi Brigadir Yoshua Hutabarat saat dieksekusi Ferdy Sambo.
Soal posisi Brigadir J saat dieksekusi ini kembali dibahas pasca dokter forensik mengumumkan hasil autopsi ulang Brigadir Yoshua Hutabarat.
Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI), dr Ade Firmansyah, dua jari tangan Brigadir J patah akibat sambaran dari peluru.
"Itu adalah arah alur lintasan anak peluru, jelas sekali peluru keluar mengenai jarinya,"
"Jadi itu memang alur lintasan, kalau bahasa awamnya mungkin tersambar ya, seperti itu,” ungkap dr Ade Firmansyah, dikutip TribunnewsBogor.com dari Youtube Kompas TV, Senin (22/8/2022).
Tak hanya itu, dr Ade Firmansyah memastikan tidak ada kuku Brigadir J yang dicabut.
"Enggak, enggak ada kuku dicabut, enggak sama sekali," tambahnya.
Pengakuan dokter forensik ini rupanya diragukan oleh Kamaruddin Simanjuntak, selaku pengacara Brigadir J.
Menurutnya, tidak mungkin peluru bisa mematahkan jari tangan Brigadir J.
"Sejak kapan peluru bisa mematahkan jari?" tanya Kamaruddin Simanjuntak.
Baca juga: Terkuak Misteri Luka di Jari Tangan Brigadir J, Kamaruddin : Sejak Kapan Peluru Bisa Patahkan Jari?
Posisi Brigadir J
Meski begitu, seorang mantan Kabareskrim Polri menjelaskan, penyebab jari tangan Brigadir J ini patah bisa jadi karena posisi korban saat ditembak Ferdy Sambo.
Mantan Kabareskrim Polri, Komjen (Purn) Ito Sumardi menganalisa soal posisi Brigadir J saat ditembak.
Menurutnya, saat dieksekusi di rumah dinas Ferdy Sambo, diduga Brigadir J dalam posisi jongkok dengan tangan berada di atas kepala.

Kemudian, Ferdy Sambo memerintahkan anak buahnya, Bharada E untuk menembak Brigadir J di arah kepala.
"Kalau jari sampai patah, berarti posisi tangan itu berada dekat dengan lubang masuk peluru di kepala.
Mungkin pada saat itu, dia sedang disuruh jongkok, tangannya ada di kepala, pasti akan kena pelurunya," papar Komjen (Purn) Ito Sumardi, Senin (22/8/2022) dalam acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV.
Baca juga: Ternyata Begini Posisi Tangan Brigadir J saat Dieksekusi Bharada E, Beda dari Cerita Deolipa Yumara
Sebelumnya, kuasa hukum Bharada E, Ronny Talapessy pun sempat mengungkap detik-detik penembakan Brigadir J di rmah dinas Ferdy Sambo, pada 8 Juli 2022
Brigadir J disebutkannya dalam posisi mengangkat tangan sedada laiknya orang yang menyerah, di depan Irjen Fedy Sambo dan Bharada E.
"Saya kasih bocoran sedikit kejadianya, posisi tangan seperti ini (tangan di depan dada). Lalu Bharada E menembak," kata Ronny dalam acara yang dibawakan Aiman Wicaksono di Kompas TV, Selasa (16/8/2022) sore.

Ketika Brigadir J mengangkat tangannya sedada, Bharada E diperintah Ferdy Sambo untuk menembak korban di bagian dada.
Ada tiga sampai empat tembakan meletus dari pistol Bharada E ke tubuh Brigadir J.
"Sekitar 3 sampai 4 tembakan," kata Ronny Talapessy.
Baca juga: Kamaruddin Simanjuntak Ragukan Hasil Autopsi Kedua Brigadir J, Kuasa Hukum: Kok Bisa Menyimpulkan?
Brigadir J Disebut Berlutut Ketakutan saat Dieksekusi Ferdy Sambo
Hal ini berbeda dengan pengakuan Bharada E yang sempat diungkapkan mantan pengacaranya, Deolipa Yumara.
Pasalnya Deolipa Yumara mengatakan, Brigadir J kala itu dalam posisi berlutut ketakutan di depan Ferdy Sambo.
Kedua tangan Brigadir J pun diletakkan di belakang kepalanya, tak kuasa melihat empat tersangka mengelilinya bersiap untuk menghabisi nyawa.
"Brigadir Yosua berlutut begini (posisi telapak tangan menyatu di belakang kepala -red), masih hidup, ketakutan.”
“Kata Richard, kata Eliezer, dia (Brigadir J) berlutut di depannya Sambo, di depannya Yosua,” kata Deolipa Yumara, dalam program Aiman KOMPAS TV, Senin (15/8/2022).

Kemudian, Ferdy Sambo pun memerintahkan Bharada E untuk menembak Brigadir J.
Saat Ferdy Sambo memerintahkan Bharada E untuk menembak Brigadir J, pria bernama lengkap Bharada Richard Eliezer itu sampai menutup mata.
"Kata dia, dia ( Bharada E) memejamkan mata saat menembak. Posisinya begini (arahkan pistol ke bawah Brigadir J yang sedang berlutut)," ungkap Deolipa Yumara.
Tak hanya itu, Deolipa Yumara juga memastikan Ferdy Sambo ikut menembak Brigadir J.
Setelah itu, lanjut Deolipa Yumara, Ferdy Sambo ke arah dinding supaya bak terlihat ada tembak-menembak.
Namun, Deolipa tak mengetahui secara pasti soal senjata yang digunakan Ferdy Sambo saat menembak Brigadir J.
"Ya saya enggak tahu, tapi dia (Bharada E) menembak, Sambo menembak, ini situasional kan, habis itu katanya Sambo menembak ke dinding," kata Deolipa Yumara.
Baca juga: Sederet Prestasi Brigadir J Terbongkar saat Wisuda, Ibunda Sedih Cita-cita Yoshua Terkubur Selamanya
Dokter Forensik Ungkap Luka Tembakan Brigadir J
Ketua Persatuan Dokter Forensik Indonesia, dr Ade Firmansyah menyebut penyebab Brigadir J tewas karena adanya dua luka fatal yang terjadi di tubuhnya, yakni luka di kepala dan dada.
Luka tersebut adalah luka akibat tembakan senjata tajam yang dilayangkan pada 8 Juli 2022.
Dari hasil pemeriksaan dokter forensik, tidak ditemukan luka-luka kekerasan di tubuh Brigadir J akibat penganiayaan.
Yang ada hanyalah kekerasan akibat senjata api atau luka tembakan.
"Tidak ada kekerasan di tempat lainnya, selain kekerasan senjata api," tegas dr Ade Firmansyah.
Kemudian, dr Ade Firmansyah menjelaskan penyebab Brigadir J meregang nyawa adalah karena dua luka fatal yakni luka tembak di dada dan kepala.
"Memang yang fatal di dada dan di kepala (membuat meninggal)," ungkapnya.

Total, disebutkan dokter forensik, ada lima luka tembakan masuk dan empat luka tembak keluar di tubuh Brigadir J.
Adapun satu tembakan yang tidak berhasil keluar tubuh itu bersarang di daerah tulang belakang Brigadir J.
"Pada autopsi kedua masih bisa kita identifikasi baik itu luka tembak masuk atau luka tembak luar. Kita lihat ada lima luka tembak masuk dan empat luka tembak keluar. Hasil pemeriksaan kami bisa kami jelaskan bagaimana arah masuk luka tembak itu," pungkas dr Ade Firmansyah.
Meski begitu, mengenai jarak tembak masih perlu dianalisis lagi, lantaran kondisi luka sudah tidak terlalu terlihat jelas.
"Kita tidak melihat arah tembakan, tapi arah masuknya anak peluru. tembak kami tidak bisa melihat lagi. Karena ciri-ciri luka saat ini sudah tidak bisa intervetasi lagi," pungkasnya. (*)