Suara Pluit Jadi Tanda Bahaya, Kakek di Bogor Sukarela Jaga Perlintasan Kereta Tanpa Palang Pintu

Kakek dari lima orang cucu itu setiap harinya mengatur para pengendara ataupun pejalan kaki yang hendak menyebrang ke wilayahnya.

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
Atang (64), 14 tahun menjadi penjaga perlintasan kereta api di Kampung Petahunan, Desa Cilebut Timur, Kabupaten Bogor secara sukarela (31/8/2022). 

Padahal, peran penjaga perlintasan kereta api sangatlah dibutuhkan, untuk meminimalisir kecelakaan.

Pundi-pundi rupiah yang dihasilkan pun didapat dari orang yang memberi secara sukarela saat melintas.

Bahkan dirinya harus berjualan buah-buahan seperti nangka dan pisang untuk mendapatkan penghasilan lebih sehari-harinya.

"Jualan cuma sampingan aja, kalau ada yang ngasih barang saya jual, kalau engga ada ya cuma ngatur lintasan aja," katanya.

Tak seberapa, uang yang dihasilkan pun tak mencapai ratusan ribu rupiah dalam seharinya, namun ia tetap mensyukuri atas rezeki yang diberikan kepadanya.

Dirinya tak pernah mengeluh, dan berkeluh kesah meskipun secara sukarela menjadi petugas perlintasan dengan tanggung jawab yang dimilikinya.

"Pengen sih ada yang merhatiin, disini kan engga ada gajinya, kita sih engga mengharapkan bantuan, ada yang ngasih apa pun diterima," tutupnya.


 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved