Mengenal Sosok Raden Sake, Pangeran Banten Penyebar Agama Islam di Bogor dan Tuan Tanah di Citeureup

Situs makam Raden Sake dirawat dengan baik dilengkapi bangunan beratap karena banyaknya peziarah yang terus berdatangan sampai sekarang.

|
Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Makam Raden Sake atau Syarifudin Shoheh di Kampung Nangka, Desa Karangasem Timur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CITEUREUP - Raden Sake atau Syarifudin Shoheh merupakan tokoh yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di wilayah Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.

Makam Raden Sake pun kini menjadi situs makam keramat bernama Makam Pangeran Shoheh ( Raden Sake ) di bawah kepengurusan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor.

Lokasinya tak jauh dari Mako Polsek Citeureup tepatnya di Kampung Nangka, Desa Karangasem Timur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.

Situs makam Raden Sake dirawat dengan baik dilengkapi bangunan beratap karena banyaknya peziarah yang terus berdatangan sampai sekarang.

"Yang ziarah banyak, malam Selasa, malam Jumat. Bahkan sampai ada yang rombongan," kata Abah Acun (70), petugas kebersihan makam Raden Sake kepada TribunnewsBogor.com, Rabu (8/2/2023).

Berdasarkan cerita turun-temurun, kata dia, Raden Sake merupakan pangeran dari Kesultanan Banten yang masih keturunan Syarif Hidayatullah.

Diceritakan bahwa di masa lalu sejumlah pangeran Kesultanan Banten menyebar ke berbagai daerah untuk menyebarkan Islam dan salah satunya adalah Raden Sake yang menyebarkan Islam ke wilayah Citeureup.

"Namanya Sake itu kan dulunya tempat minuman namanya sake, nama aslinya Eyang Shoheh atau Pangeran Shoheh kalau di Banten namanya Raden Sake panggilannya," kata Acun.

Kata Acun, Raden Sake juga dikenal merupakan tokoh pertama yang membuka wilayah Citeureup dan juga tuan tanah di Citeureup.

Tanah luas di wilayah Citeureup dulu dimiliki oleh keluarga Raden Sake hingga ke wilayah Cijayanti Babakan Madang.

"Dia saudagar penyebar Islam di daerah Citeureup. Tanahnya di daerah ini tanahnya semua ini, luas," kata Acun.

Namun yang masih menjadi misteri, kata Acun, adalah tahun kelahiran dan tahun wafat Raden Sake.

Pada makam Raden Sake tidak ditemukan tulisan kapan tanggal dan tahun Eyang Sake ini wafat.

"Ini gak ada tahunnya, orang sini juga gak ada yang tahu. Makanya gak ada haol di sini karena gak ada yang tahu. Sampai ke Pemda nanyain juga, gak tahu lahir tahun berapa, meninggal tahun berapa. Kuncen yang dulu aja gak tahu," kata Acun.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved